A. Pengertian
Bahá’í adalah agama yang independen dan bersifat universal,
bukan sekte dari agama lain. Pesuruh Tuhan dari agama Bahá’í adalah
Bahá’u’lláh, yang mengumumkan bahwa tujuan agama-Nya adalah untuk mewujudkan
transformasi rohani dalam kehidupan manusia dan memperbarui lembaga-lembaga
masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip keesaan Tuhan, kesatuan agama, dan
persatuan seluruh umat manusia.
Umat
Bahá’í berkeyakinan bahwa agama harus menjadi sumber perdamaian dan
keselarasan, baik dalam keluarga, masyarakat, bangsa maupun dunia. Umat Bahá’í
telah dikenal sebagai sahabat bagi para penganut semua agama, karena
melaksanakan keyakinan ini secara aktif.
B. Sejarah
Sekte islam syiah terutama di persia selalu mengajarkan 12 orang keturunan
ali yang sah.12 orang tersebutlah yang menunjukan pintu gerbang kepada
pengikutnya untuk memperoleh jalan menuju kebenaran agama.imam yang ke 12
hilang pada abad ke 19 dan kaum syiah selalu percaya bahwa suatu saat nanti dia
akan muncul kembali sebagai mahdi.[1]
1)
Bahaullah sebagai pendiri
Sayyid Ali muhamad yang lebih dikenal dengan gelarnya bab dilahirkan pada
tanggal 20 oktober 1819 di shiraz iran,bab berasal dari keluarga terkemuka dan
mulia merupakan keturunan nabi muhamad.ayahnya meninggal ketika bab masih kecil
dan bab diasuh dan di besarkan oleh pamanya.ketika sekolah ia memiliki
kemampuan yang luar biasa dan akhirnya ia keluar dari sekolah dan ketika dewasa
ia bekerja bersama pamanya sebagai pedagang di Bushihr sebuah kota di brat daya
kota shiraz,pada saat itulah bab menikah dan mempunyai anak yang bernama Ahmad
dan meninggal ketika masih bayi pada tahun sebelum bab mengumumkan dirinya
sebagai qaim yang di janjikan.
Sekitar tahun 1840 bab tinggal selama setahun di kota kota suci syiah di
irak tempat dia menjalin kontak langsung
dengan Sayyid khazim Rasyti,pemimpin madzhab syaikiyah semi ortodoks
yang menekan gagasan esoteris. Setelah wafatnya sayyid khazim pada awal tahun 1844 seorang muridnya yang
terkemuka yang bernama Mulla husayn pergi ke sebuah masjid dan bermeditasi
selama 40 hari.mulla husayn terus kesana kemari
mencari qaim yang telah dijanjikan itu dan akhirnya ia ketemu dengan bab
dan setelah berbincang bincang lalu bab menunjukan bukti bukti yang jelas bahwa
beliaulah qaim yang di janjikan, ia menulis dengan sangat cepat bagian pertama dari tafsirnya al-qur’an surat
yusuf kemudian ia menyampaikan kata-kata berikut kepada mulla husayn:[2]
“wahai engkau yang pertama beriman
kepadaku sesungguhnya aku katakan,akulah bab pintu tuhan dan engkaulah babul
bab pintu dari segala pintu itu.”
Pada tahun 1844 seorang muslim syiah bernama Mirza ali Muhamad menyatakan
dirinya sebagai imam yang ke 12yang dijanjikan.ia menyebut dirinya dengan nama
bab al-din(pintu agama)dan memberi dukungan yang luas pada perbaikan sosial
seperti peningkatan status wanita.bab al-din mengumpulkan muridnya dan
membentuk kelompok yang disebut babis.kelompok ini tidak bertahan lama karena
berhasil di hancurkan melalui kekuatan agama dan politik bangsa persia.pada
tahun 1850 bab al din dihukum mati di depan khalyak ramai,sedangkan muridnya
ada yang di penjara atau di hukum mati.sebelum mati beliau menjanjikan bakal ada
seseorang yang membawa agama universal.jasad bab diselamatkan oleh para
pengikutnya dan diawetkan.akhirnya jasad bab dipindahkan ke haifa di palestina
tempat ia di kuburkan.
Salah satu murid bab yang dipenjara Mirza Husein ali adalah seorang anak
dari keluarga terkemuka di persia,keluarga mirza tidak di hukum mati bersama
bab tetapi di penjara di teheran.pada tahun 1852 para pengikut bab yang lain
merencanakan pembunuhan terhadap syakh iran yang menyebabkan terjadinya
penganiyayan terhadap kelompok ini,mirza ali di asingkan ke bagdad selama 10
tahun.selama dalam perasingan mirza ali menampakan dirinya sebagai seorang yang
diramalkan bab al din.
Ketika diasingkan dari bagdad ke konstantinovel pada malam keberangkatanya
dia menyatakan kepada para pengikutnya sebagai orang yang di janjikan bab al
din.pernyataan ini terjadi di Ridwan dekat baghdad dan sekarang ini setiap
tahun diperingati oleh kaum baha’i dengan suatu pesta.mirza menyebut dirinya
bahaullah(keagungan Allah) dan para pengikut bab al din yang menerima dan
mengikuti ajaranya disebut sebagai kaum baha’i.
Pada tahun-tahun perkembanganya bahaullah dan pengikutnya di usir dari satu
kota ke kota lainya di wilayah timur tengah.dari konstantinopel mereka pergi ke
andrianople.akhirnya mereka diasingkan dan di penjarakan di turki di kota acca
palestina.orang yang pertama kali dipenjarakan adalah Bahaullah kemudian di
ikuti oleh sekitar 80 pengikutnya yang di penjarakan selama 2 tahun di barat
militer.pada saat penjara mereka hidup menderita dan sengsara karena lapar dan
sakit.selain itu mereka dipindahkan ke tempat lain yang sedikit lebih
menyenangkan.bahaullah dibebaskan namun ia menjalani sisa hidupnya sebagai
orang tahanan pemerintahan turki di acca.sekalipun ditahan selama beberapa
tahun di acca dia menyebarkan ajaran-ajaranya tentang persatuan dan perdamaian
dunia.
Pada saat itu ia telah menulis beberapa buku dan tulisan-tulisan
lainaya.salah satu tulisan tersebut yang berisi tentang tujuan dan misinya
dikirimkan pada paus dan beberapa kepala negara dunia serta meminta bantuan
mereka dalam meningkatkan perdamaian dunia,dia menulis beberapa buku
diantaranya kitabi aqdas,kitabi iqan,dan the hidden words.dia meninggal di acca
pada tahun 1892 pada usia 75 tahun.
Kepemimpinan gerakan baha’i di lanjutkan oleh anaknya,Abbas Effendi yang
dikenal dengan abdul baha.abdul baha melanjutkan program pengjaran ayahnya pada
tahun 1908 dia di bebaskan oleh pemerintah turki.sisa hidupnya ia gunakan untuk
melakukan perjalan jauh sampai ke negri eropa dan amerika utara guna menyebarkan
doktrin-doktrin baha’i dan mendirikan beberapa perkumpulan baha,i di berbagai
daerah.pada tahun 1920 kerajaan inggris menganugrahkan gelar kebangsawanan
kepadanya.
Pada tahun 1021 kepemimpinan gerakan Baha’i di lanjutkan oleh cucu
lelakinya,shogi Effendi yang melanjutkan usaha pendirian lokal dan nasional di
banyak negara hingga wafatnya pada tahun 1957.setelah itu,pemimpin baha’i bukan
lagi berdasarkan keturunan Bahaullah tetapi oleh seorang yang dipilih dari
berbagai perkumpulan baha’i di seluruh dunia.
C. Ajaran Baha’i
1)
Ke-ESA-an Tuhan
Bahá’u’lláh mengajarkan bahwa hanya ada satu Tuhan Yang Maha Agung, yakni
Tuhan Yang Maha Esa yang telah mengirim para Rasul dan Nabi untuk membimbing
manusia. Oleh karena itu, semua agama yang
bersumber dari satu Tuhan ini, haruslah menunjukkan rasa saling menghormati,
mencintai, dan niat baik antara satu dengan yang lain.
“Tiada keraguan apa pun bahwa semua manusia di dunia,
dari bangsa atau agama apapun, memperoleh ilham mereka dari satu Sumber
surgawi, dan merupakan hamba dari Satu Tuhan.” — Bahá’u’lláh
Umat
Bahá’í percaya bahwa Tuhan adalah Sang Pencipta alam semesta dan Dia bersifat
tidak terbatas, tak terhingga dan Maha Kuasa. Tuhan tidak dapat dipahami, dan
manusia tidak bisa sepenuhnya memahami realitas Keilahian-Nya. Oleh karena itu,
Tuhan telah memilih untuk membuat Diri-Nya dikenal manusia melalui para Rasul
dan Nabi, seperti Ibrahim, Musa, Krishna, Zoroaster, Budha, Isa, Muhammad, dan
Bahá’u’lláh. Para Rasul dan Nabi yang suci itu bagaikan cermin yang memantulkan
sifat-sifat dan kesempurnaan Tuhan. Mereka merupakan saluran suci untuk
menyalurkan kehendak Tuhan bagi umat manusia melalui Wahyu Ilahi, yang terdapat
dalam Kitab-kitab Suci berbagai agama di dunia. Wahyu Ilahi adalah “Sabda
Tuhan” yang dapat membuka potensi rohani setiap individu serta membantu umat
manusia berkembang terus-menerus menuju potensinya yang tertinggi.
2)
Keselarasan dan Toleransi antar Umat Beragama
Umat Bahá’í percaya
bahwa tujuan agama adalah mewujudkan persatuan dan kebahagiaan bagi seluruh
umat manusia. Saling menghormati dan mencintai serta kerja sama di antara
pemeluk agama yang berbeda akan membantu terwujudnya masyarakat yang damai.
Karena itu, umat Bahá’í aktif berperan di berbagai usaha serta proyek-proyek
yang memajukan persatuan agama dan yang meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
terhadap agama-agama lain. Umat Bahá’í menghormati keanekaragaman dalam
melakukan ibadah keagamaan.
penuh semangat untuk
mengabdi kepada rakyat banyak, melupakan manfaat duniawi bagi dirinya sendiri,
dan bekerja hanya demi kebaikan umum.”-----‘Abdu’l-Baha
3)
Kesatuan
Dalam Keanekaragaman
Salah satu ciri khas
masyarakat Bahá’í di seluruh dunia adalah keanekaragaman anggotanya. Agama
Bahá’í merangkul orang-orang yang berasal dari ratusan ras, suku, dan bangsa,
bermacam-macam profesi, serta berbagai golongan sosial ekonomi----semuanya
bersatu demi mengabdi pada kemanusiaan. Dalam masyarakat Bahá’í keanekaragaman
dihormati dan dihargai; dan pengalaman persatuan ini menunjukkan bahwa umat
manusia, dengan segala keanekaragamannya, dapat hidup bersatu dengan penuh
kedamaian dan cinta.
“Orang-orang yang dianugerahi dengan
keikhlasan dan iman seharusnya bergaul dengan semua kaum dan bangsa di
dunia dengan perasaan gembira dan hati yang cemerlang, oleh karena bergaul
dengan semua orang telah memajukan dan akan terus memajukan persatuan dan
kerukunan, yang pada gilirannya akan membantu memelihara ketentraman di dunia
serta memperbarui bangsa-bangsa.”-----Bahá’u’lláh
4)
Kesatuan Umat Manusia
Agama Bahá’í
mengajarkan bahwa semua manusia adalah sama di hadapan Tuhan, dan mereka harus
diperlakukan dengan baik, harus saling menghargai dan menghormati. Bahá’u’lláh
mencela prasangka ras dan kesukuan, serta mengajarkan bahwa semua orang adalah
anggota dari satu keluarga manusia, yang justru diperkaya dengan
keanekaragamannya.
5)
Sifat Roh dan Kehidupan Sesudah Mati
Umat Bahá’í percaya tentang
adanya roh yang kekal yang ada pada setiap manusia walaupun kita tidak
sepenuhnya mampu memahami sifat roh itu. Bahá’u’lláh bersabda:
“Engkau telah menanyakan kepada-Ku mengenai hakikat roh.
Ketahuilah bahwa sesungguhnya roh adalah sebuah tanda Tuhan, sebuah permata surgawi
yang kenyataannya telah gagal dipahami oleh orang-orang yang paling terpelajar,
dan tidak ada akal, betapa pun tajamnya, yang dapat berharap untuk membuka
rahasianya.”
Dalam kehidupan yang fana ini,
roh seseorang tumbuh dan berkembang sesuai dengan hubungan rohaninya dengan
Tuhan. Hubungan ini dapat dipelihara dengan jalan mengenal Tuhan dan
ajaran-ajaran-Nya yang diwahyukan oleh para Rasul dan Nabi-Nya, seperti cinta
pada Tuhan, doa, meditasi, puasa, disiplin moral, kebajikan-kebajikan Ilahi,
menjalankan hukum-hukum agama, dan pengabdian kepada umat manusia. Semua itu
memungkinkan manusia untuk mengembangkan sifat-sifat rohaninya, yang merupakan
pondasi bagi kebahagiaan manusia serta kemajuan sosial, dan juga untuk
menyiapkan rohnya untuk kehidupan sesudah mati.
Agama Bahá’í mengajarkan bahwa
realitas rohani setiap manusia, yaitu roh, adalah abadi. Pada saat kematian,
roh manusia akan melanjutkan perjalanannya dalam alam rohani. Orang-orang yang
telah menaati ajaran-ajaran para Rasul dan telah mengembangkan kapasitas rohani
mereka, kelak sesudah mati, akan mendapatkan keuntungan atas
perbuatan-perbuatan mereka.
6)
Budi Pekerti yang Luhur
Umat Bahá’í percaya bahwa
manusia harus berupaya memperoleh sifat-sifat mulia serta bertingkahlaku sesuai
dengan standar moral yang tinggi. Salah satu tujuan dasar kehidupan Bahá’í
adalah mengembangkan dan memperoleh sifat-sifat mulia seperti kebaikan hati,
kedermawanan, toleransi, belas kasihan, sifat dapat dipercaya, niat yang murni,
dan semangat pengabdian. Umat Bahá’í dilarang bergunjing, berbohong, mencuri,
dan berjudi. Kebajikan-kebajikan tersebut diajarkan kepada anak-anak sejak usia
dini, sehingga menjadi bagian utama dari akhlak mereka dan mengarahkan mereka
kepada Tuhan, sehingga dengan demikian mereka akan lebih mampu mengabdi pada
umat manusia.
Maksud Tuhan Yang Maha Esa dalam menyatakan Dirinya
adalah untuk memanggil seluruh umat manusia kepada kejujuran dan ketulusan,
kepada kesalehan dan sifat dapat dipercaya, kepada ketawakalan serta ketaatan
pada Kehendak Tuhan, kepada ketabahan dan kebaikan hati, kepada keadilan dan
kearifan. Tujuan-Nya adalah untuk membalut setiap manusia dengan pakaian watak
yang suci, serta menghiasinya dengan perhiasan perbuatan-perbuatan yang suci
dan baik.” — Bahá’u’lláh.
7)
Kemandirian dalam mencari kebenaran
Dalam pencarian kebenaran mesti indevenden,tidak terkekang oleh sikap
takhayul atau tradisi.setiap orang yang ingin jadi pengikut baha’i harus
memiliki keinginan untuk mencari kebenaran Tuhan tanpak menyandarkan diri kepada
para Nabi atau tradisi-tradisi masa lalu.kebebasan manusia melihat perwujudan
tuhan melalui pandangan kesatuan dan memandang semua urusan dilihat dengan
tajam.merupakan salah satu dasar pengajaran baha’i.
8)
Persamaan kaum wanita dan pria
Baha’i
barangkali hanya satu satunya agama di dunia yang sejak semula menegaskan
tentang kesamaan wanita dan pria.
Kemanusiaan seperti seekor burung dengan dua
sayapnya.sayap yang satu adalah jantan dan yang lainya adalah betina.jika kedua
sayap tersebut tidak kuat dan tidak di dorong oleh kekuatan yang seimbang
burung tersebut tidak bisa terbang.sesuai dengan semangat zaman ini,kaum wanita
harus maju dan memperoleh tugasnya disemua bidang kehidupan sehingga menjadi
sama.
9)
Bahasa universal
Menambah pandangannya tentang pendidikan universal. Baha’i mengajarkan
bahasa yang universal, sebagaimana bahaallah yang pernah menyatakannya, “kami
telah memerintahkan para wakil dewan peradilan, baik yang berasal dari kultur
setempat maupun dari wilayah-wilayah baru, dan dalam kaitannya dengan
sumber-sumber tulisan umum, mengajarkan tulisan-tulisan tersebut kepada
anak-anak di semua sekolah di seluruh dunia, sehingga dunia menjadi satu tanah
dan rumah”. Abdul baha adalah seorang penganjuruntuk menggunakan bahasa
esperanto sebagai bahasa universal.[3]
10)
Perbedaan antara kekayaan dan kemiskinan
harus di hilangkan.
Bahaullah datang dari
kalangan keluarga kaya, tetapi menghabiskan masa hidupnya, lebih banyak di
penjara sehingga dia benar-benar menyadari dan merasakan perbedaan
tersebut.oleh karena itu, ia meyakini bahwa perbedaan tersebut tidak sehatdan
tidak normal danharus dihilangkan. Sekalipun demikian, ia tidak memberikan
rencana terperinci tentang sebagaimana seharusnya mengubah kondisi demikian.
Hanya saja, dia menganjurkan kepada golongan kayadi seluruh dunia untuk
bermurah hati dan menyumbangkan sebagian hartanya kepada orang miskin. Dia pun
menganjurkan kepada semua pemerintahan di seluruh dunia untuk membuat peraturan
atau undang-undang yang menghalangi trjadinya jurang pemisah yang tajam antara
yang miskin dan kaya.
11) Pendidikan Diwajibkan bagi Setiap Manusia
Bahá’u’lláh memberi
kewajiban kepada orang tua untuk mendidik anak-anak mereka, baik perempuan
maupun laki-laki. Jika orang tua tidak mampu memenuhi kewajiban ini karena
keadaan ekonominya, masyarakat harus membantu mereka.
Di samping pelajaran
keterampilan, keahlian, seni, dan ilmu pengetahuan, perlu diperhatikan juga
pendidikan akhlak dan moral anak-anak. Tanpa pendidikan, seseorang tidak
mungkin mencapai seluruh potensinya atau memberikan kontribusi positif kepada
masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan haruslah universal dan wajib.
12)
Memajukan Perkembangan Kaum Wanita
Harus tersedia
kesempatan yang sama bagi perkembangan wanita dan pria, terutama kesempatan
yang sama dalam memperoleh pendidikan. Wanita dan pria adalah bagaikan dua
belah sayap dari burung kemanusiaan. Perkembangan seluruh kemampuan dan potensi
masyarakat hanya dapat di wujudkan bila kedua sayapnya itu sama kuat.
Bahaulahterusmendesakkaum
pria untuk menyadari
dan memberikan rumus
penuh dengan kesempurnaan laten dalam diri.[4]
13) Sembahyang Wajib, Puasa, dan Doa
Umat Bahá’í seperti juga
umat agama-agama lainnya, diwajibkan untuk bersembahyang yang dilaksanakan
secara individu, serta untuk berpuasa selama periode tertentu. Selain
sembahyang wajib, terdapat pula banyak doa dan Tulisan Suci lainnya yang
dianjurkan untuk dibaca dan dipelajari. Kewajiban-kewajiban kerohanian itu
membantu orang-orang Bahá’í untuk memenuhi tujuan hidup mereka, yaitu mengenal
dan menyembah Tuhan dan berkembang secara rohani.
14)
Pembentukan liga bangsa-bangsa
Dunia peradilan yangmemutuskan pertentangan
dan perselisihan antara bangsa-bangsa harus dilembagakan. Empat puluh tahun
sebelum terbentuknya bangsa bangsa Bahaullah telah mengusulkan dibentuknya
organisasi ini dari sel penjaranya di Acca namun ketika liga bangsa bangsa di
bentuk setelah perang dunia ke 1 Abdul baha menganggapnya terlalu lemah untuk
efektif.
Akhirnya semua puncak dari
ajarah Baha’i adalah membangun perdamaian yang permanen dan universal dan
menjadi cita-cita utama seluruh umat manusia.
Berbeda dengan islam dan agama-agama barat lainya baha’i meyakini bahwa
neraka dan surga bukanlah tempat.akan tetapi kondisi dari jiwa yang tiada lain
adalah realitas manusia.sifatnya abadi dan terus sesuai dengan keinginan
tuhanmaka itulah surga.sebaliknya jika jiwa manusia adalah tuhan maka itulah
neraka.dengan demikian penggambaran surga pada agama lain hanya simbol bukan
yang sebenarnya.
Ketika Baha’i berbicara tentang persatuan umat yang dimaksud bukan
hanya kesatuan dalam hidup ini saja melainkan kehidupan dan mati
sekaligus.dengan demikian hidup dan mati itu saling berkaitan erat.Abdul Baha
meyakini bahwa pandangan ini dihubungkan dengan kekuatan istimewa para nabi dan
orang orang suci yang melihat ke dunia lain melambangkan adanya saling
keterkaitan.
Berdasarkan kepercayan Baha’i tentang kesatuan mutlak Tuhan maka dalam
segala hal tidak boleh ada kejahatan,jika Tuhan itu ada dan sama tidak ada
tokoh setan di alam semesta.sebagaimana kegelapan hanyalah tidak ada
cahaya.dengan demikian munculnya kejahatan hanyalah keadan yang baik menurut
abdul baha.
“Dalam
Dunia tidak ada kejahatan semua adalah baik,sifat dan bakat manusia tertentu
yang nampaknya jelek pada kenyatan tidak demikian.
D. Rumah Ibadah Baha’i
Rumah ibadah Bahá’í dibangun dengan dana yang berasal dari
sumbangan orang-orang Bahá’í dari seluruh dunia. Rumah Ibadah ini
dipersembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan dikenal dengan nama *Mashriqu’l-Adhkár,
yang secara harfiah berarti “tempat terbit pujian kepada Tuhan.” Rumah
ibadah Bahá’í terbuka bagi penganut dari semua agama.
Rumah ibadah tersebut merupakan tempat untuk berdoa dan
bermeditasi bagi individu dan masyarakat. Saat ini, rumah ibadah Bahá’í sudah
ada di setiap benua di dunia: di New Delhi, India; di Apia, Samoa Barat; di
Kampala, Uganda; di Sidney, Australia; di Panama City, Panama; di Wilmette,
Illinois, Amerika Serikat; dan di Frankfurt, Jerman. Di seluruh dunia, sudah
disiapkan lebih dari 120 lokasi tempat akan didirikannya rumah-rumah ibadah
tersebut. Pada masa yang akan datang setiap masyarakat Bahá’í setempat akan
mempunyai rumah ibadahnya sendiri.
Rumah ibadah Bahá’í bebas
untuk memiliki rancangannya sendiri, namun semua harus mengikuti pola
arsitektur yang bertemakan ketunggalan , yakni harus mempunyai sembilan sisi
dan sebuah kubah di tengahnya. Para pengunjung dapat memasuki rumah ibadah dari
sisi mana saja, namun mereka di satukan di bawah satu kubah. Acara ibadah
terdiri dari pembacaan Tulisan Suci Bahá’í dan Tulisan Suci agama-agama lain,
dan diperbolehkan pula adanya iringan musik tanpa instrumen (akapela). Tidak
ada khotbah, *ritus atau pendeta. Tiap tahun jutaan orang dari semua agama di
dunia mengunjungi rumah-rumah ibadah Bahá’í untuk berdoa dan bermeditasi.
Bahá’u’lláh bersabda bahwa
rumah ibadah Bahá’í nanti akan berfungsi sebagai titik pusat kehidupan rohani
masyarakat. Di sekelilingnya akan terdapat lembaga-lembaga yang antara lain
bergerak dalam bidang ilmu pengetahuan, pendidikan, sosial-kemanusiaan lainnya
seperti rumah sakit dan rumah jompo, dan administrasi masyarakat Bahá’í.
Sehingga dengan demikian rumah ibadah Bahá’í akan mewujudkan konsep perpaduan “ibadah
dan pengabdian” sesuai dengan ajaran Bahá’u’lláh.
E. Tulisan Suci Baha’i
Salah satu keunikan Wahyu Agama Bahá’í ialah masih
tersimpannya dengan baik semua Tulisan-tulisan Suci dalam bentuk asli yang
disahkan oleh Bahá’u’lláh sendiri, sehingga tidak ada keraguan atas
keasliannya. Dalam Ayat-ayat Suci-Nya yang diwahyukan antara tahun 1853-1892,
Bahá’u’lláh mengulas berbagai hal, seperti keesaan Tuhan dan fungsi Wahyu
Ilahi; tujuan hidup; ciri dan sifat roh manusia; kehidupan sesudah mati;
hukum-hukum dan prinsip-prinsip Agama; ajaran-ajaran akhlak; perkembangan
kondisi dunia serta masa depan umat manusia. Selain dituntun oleh Tulisan Suci
Bahá’u’lláh, kehidupan masyarakat Bahá’í juga dibimbing melalui buku-buku dan
surat-surat yang ditulis oleh ‘Abdu’l-Bahá dan Shoghi Effendi. Buku-buku Bahá’í
kini dapat dibaca dalam lebih dari 800 bahasa.
No comments:
Post a Comment