A. Asal kata Aborigin
Kata
aborigin dalam bahasa Inggris mempunyai arti "penduduk asli/penduduk
pribumi", dan mulai digunakan sejak abad ke-17 untuk mengacu kepada
penduduk asli Australia saat itu. Sebutan ini diambil dari bahasa latin
ab origine, yang berarti "dari awal" dan diperuntukan bagi
penduduk yang sejak semula tinggal di suatu daerah atau pulau.[1]
B. Sejarah Aborigin
Bangsa
Aborigin adalah penduduk asli/awal benua Australia dan kepulauan
disekitarnya, termasuk juga mencakup Tasmania
dan kepulauan selat Torres. Bentuk fisik orang Aborigin mirip orang Papua, karena memang
keturunan orang Papua yang menjelajah ke benua Australia, sikitar 40.000 tahun
lalu. dalam perkembangannya, bentuk fisik mereka saat ini rata-rata lebih kecil
dan lebih pendek dari orang Papua. rambut mereka juga keriting, namun sebagian
warnanya sudah kemerah-merahan atau cokelat pucat, sedangkan warna kulit mereka
gelap.[2]
C. Kebudayaan Aborigin
Pada
mulanya, mereka hidup dari berburu dan mencari ikan. Mereka berburu binatang
liar seperti kanguru,
dengan tombak, panah, dan bumerang (senjata khas orang Aborigin). Di daerah yang
beriklim dingin, kulit kanguru ini digunakan sebagai bahan pakaian. Ilmu
bercocok tanam dan beternak belum dikenal, karenanya kelompok anak suku
aborigin tidak pernah berkelana jauh dari sumber-sumber air atau sungai.
Mereka
juga tidak pernah tinggal lama di suatu daerah. Rumahnya amat sederhana,
terbuat dari susunan ranting pohon dan dedaunan. dalam masyarakat kesukuannya,
mereka dipimpin oleh kepala suku yang biasanya
juga merangkap sebagai dukun suku itu. Kepala suku juga memimpin upacara keagamaan
dan perkawinan. Agama
orang aborigin masih tradisional, mereka percaya terhadap adanya Roh Agung yang menciptakan
alam semesta dan isinya. Mereka percaya bahwa Roh Agung terkadang memberikan
petunjuk dan bimbingan melalui mimpi.
D.Aborigin Tasmania
Aborigin Tasmania (pengucapan bahasa
Inggris: [æbɵˈrɪdʒɨniːz],
nama Aborigin: Palawa) adalah penduduk asli negara bagian Tasmania,
Australia.
Perkiraan populasi Aborigin Tasmania pada era kolonisasi Britania tahun 1803 bervariasi
antara 2000 hingga 8000, dengan rata-rata perkiraan 4000 hingga 5000 yang
diterima secara luas. Pada pertengahan hingga akhir tahun 1830-an, jumlah
mereka berkurang menjadi beberapa ratus.[3]
Beberapa
sejarawan menyatakan bahwa penyebab utama berkurangnya populasi Aborigin
Tasmania adalah konflik antara penetap dan Aborigin. Beberapa sejarawan lain
menyatakan bahwa Aborigin Tasmania telah digenosida. Sejarawan lainnya
menyatakan bahwa penyebab utama kehancuran Aborigin Tasmania adalah penyakit
yang dibawa pendatang, dengan kekerasan sebagai penyebab kedua.
Atas
usaha George Augustus Robinson, pada tahun 1833 sekitar 220 Aborigin Tasmania
dipindah dengan jaminan mereka akan dilindungi. Mereka dipindah ke Pulau
Flinders, dimana penyakit yang dibawa pendatang terus mengurangi jumlah mereka.
Pada tahun 1847, 47 Aborigin Australia di Flinders terakhir dipindah ke Oyster
Cove, selatan Hobart. Salah satu dari Palawa terakhir, perempuan yang bernama Trugernanner,
meninggal pada tahun 1876.[4]
Semua bahasa asli
Tasmania telah hilang. Kini terdapat usaha merekonstruksi bahasa
dari catatan yang ada. Beberapa ribu orang yang tinggal di Tasmania dan tempat
lain memiliki keturunan Palawa, karena beberapa perempuan Palawa diculik dan
diperdagangkan. Mereka yang memiliki keturunan Palawa tidak memiliki kebudayaan
Palawa tradisional.
[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Aborigin dikutip Mei ,30 2013, pada 13:25
[2] Ensiklopedi
Nasional Indonesia, Penerbit PT Delta Pamungkas, 2004
[3] http://id.wikipedia.org/wiki/Aborigin_Tasmania dikutip Mei ,30 2013, pada 13:25
[4] William Dalrymple
(October 14, 2007). "A lesson in humility for the smug West". The Sunday Times. Diakses
2008-03-14
No comments:
Post a Comment