A. Mite Penciptaan Dunia
dan Asal-Usul Kedewaan
Sedikit
sekali yang diketahui mengenai masa prasejarah jepang, khususnya yang
menyangkut asal-usul bangsa dan bahasa jepang. Sekalipun demikian, para ahli
pada umumnya sepakat bahwa sebelum buddhisme dan kultur cina memasuki jepang,
tradisi dan praktek-praktek keagamaan jepang kuno berpusat pada lingkungan
keluarga, belum terorganisasi, dan hanya merupakan kumpulan tanpa nama dari
berbagai bentuk pemujaan alam, arwah nenek moyang, dan shamanisme.
Setiap
suku memiliki dewa sendiri, yang kadang- kadang dianggap sebagai nenek
moyangnya. Para dewa digambarkan sebagai manusia sebagaimana terlihat dalam
mite-mite kuno tentang terjadinya kepulauan jepang. Pada umumnya segala
kewujudan yang menimbulkan perasaan segan dan takut dianggap mengandung
sifat-sifat kedewaan bahkan, benda-benda alam seperti binatang, pohon, gunung
dan sebagainya juga dijadikan objek pemujaan. Semuanya disebut kami.
Kira-kira
pada abad ke-4 masehi, suku yamato berhasil menguasai wilayah jepang bagian
tengah dan selatan. Sejalan dengan itu, mite dan tradisi suku ini kemudian juga
dianggap lebih unggul daripada tradisi-tradisi suku-suku lainnya. Lambat laun mite suku yamato terbeut
menjadi dasar utama bagi kepercayaan masyarakat jepang tentang asal-usul
kedewaan dan kelebihan bangsa jepang daripada bangsa-bangsa lain.
Uraian
utama dalam mite suku yamato tersebut adalah tentang asal-usul alam dan dunia
ini, khususnya kepulauan jepang. Pada mulanya, disebutkan langit dan bumi masih
dalam keadaan menyatu dan belum dapat dibeda-bedakan. Kemudian mulailah muncul
perbedaan-perbedaan : unsur-unsur ringan yang membentuk langit dan unsure-unsur
berat yang membentuk bumi.
Dari
awan putih yang terletak diantara kedua unsure tersebut muncul 3 dewa, yang
disebut 3 kami pencipta. Kemudian
muncul pula 2 dewa yang selanjutnya memeperoleh perhatian dan tempat istimewa
dalam agama Shinto, yaitu dewa Izanagi
dan dewi Izanami. Keduanya
menciptakan kepulauan jepang lengkap dengan dewanya, seperti:
·
Dewa bumi
·
Dewa air
·
Dewa gunung, dsb
Dan alat-alat penting lainnya yang terdapat di
alam ini. Setelah melahirkan dewa api, Izanami
meninggal dunia, kemudian menjadi dewi Tanahyomi,
tempat orang-orang yang telah mati. Ketika Izanagi
pergi mengunjungi istrinya yang sudah mati itu, ia melanggar suatu
pantangan sehingga menjadi kotor dan berdosa. Oleh karena itu ia kemudian pergi
ke laut untuk melakukan upacara pensucian. Ketika sedang membersihkan diri di
air, dari matanya sebelah kiri terjadi dewi matahari, Amaterasu, dan dari air matanya sebelah kanan terjadi dewi bulan, Tsukiyomi, sementara dari yang
dipergunakan untuk membersihkan hidungnya terjadi dewa laut dan gelombang.
Dewi
Amaterasu memiliki seorang cucu yang
bernama Ninigimikoto, yang
ditugaskannya untuk memerintah dunia disertai jaminan bahwa ia akan memerintah
dunia untuk selama-lamanya. Ia turun didaerah Kyushu. Putranya, Jimmutenn,
adalah kepala suku Yamato yang pertama dan juga kaisar jepang pertama kali.
Dari garis inilah kemudian agama Shinto menanamkan kepercayaan diakalangan
rakyat jepang bhwa negeri mereka senantiasa diperintah oleh satu dinasti
kekaisaran tunggal sejak awal mula sejarahnya sampai sekarang. Dalam garis ini
pula para kaisar jepang menyatakan asal-usul mereka.
Dengan
demikian, kira-kira mulai saat suku yamato tersebut berkuasa, kultus dan
tradisi keagamaan bangsa jepang yang beraneka ragam sedikit demi sedikit mulai
dibersatukan dan diorganisasikan kedalam suatu bentuk pemerintahan agama dengan
suatu system ritus yang dipusatkan pada Dewi Matahari, meskipun masih dalam
keadaan tanpa nama.[2]
Dalam
mite disebutkan bahwa, ketika penciptaan sedang berlangsung, unsure-unsur alam
yang halus dan ringan berubah menjadi langit, dan unsure-unsur yang berat dan kasar
menjadi bumi. Disamping itu, langit dianggap suci oleh karena itu, agaknya, takamano-hara dianggap sebagai sebuah
dunia yang suci dan cemerlang yang segala sesuatu lebih baik daripada dunia
ini. Dan menjadi tempat tinggal para dewa langit. Bertitik-tolak dari pemikiran
mitologi semacam ini maka bangsa jepang percaya bahwa para dewa turun dari
langit untuk menciptakan kesejahteraan dan kedamaian diatas bumi ini. Akan
tetapi, dikatakan pula hal ntersebut bukan berarti bahwa dunia langit secara
esensial berbeda dari dunia bumi, tetapi dunia langit hanya merupakan sebuah
dunia yang lebih dari dunia manusia ini.
B. AWAL MULA AGAMA SHINTO
Agama
Shinto didirikan mulai sekitar 2,500 - 3000 tahun yang lalu di Jepang. Agama
ini memiliki 13 sekte yang mana masing-masing dari 13 (tigabelas) sekte kuno
memiliki pendirinya. Dengan pengikut sekitar 30 Juta orang, dominan terbesar di
Jepang. Sebagian besar juga adalah penganut agama Buddha. Ada dua pemisahan utama.
Pertama adalah tiga belas sekte-sekte kuno, hampir sama semuanya. Kedua adalah
apa yang dikenal sebagai Shinto Negara, dan merupakan sinthesa kemudian yang
menemukan ekspresi tertinggi pada pemujaan pada Kaisar dan kesetiaan pada
Negara dan keluarga.
Shinto
adalah kata majemuk daripada “Shin” dan “To”. Arti kata “Shin”
adalah “roh” dan “To” adalah “jalan”. Jadi “Shinto” mempunyai arti
lafdziah “jalannya roh”, baik roh-roh orang yang telah meninggal maupun roh-roh
langit dan bumi. Kata “To” berdekatan
dengan kata “Tao” dalam taoisme yang
berarti “jalannya Dewa” atau “jalannya bumi dan langit”. Sedang kata “Shin” atau “Shen” identik dengan kata “Yin”
dalam taoisme yang berarti gelap, basah, negatif dan sebagainya ; lawan dari
kata “Yang”. Dengan melihat hubungan
nama “Shinto” ini, maka kemungkinan besar Shintoisme dipengaruhi faham
keagamaan dari Tiongkok.[3]
Nama
asli agama itu ialah Kami no Michi yang bermakna jalan dewa. Pada saat Jepang
berbenturan dengan kebudayaan Tiongkok maka nama asli itu terdesak kebelakang
oleh nama baru, yaitu Shin-To. Nama baru itu perubahan bunyi dari Tien-Tao,
yang bermakna jalan langit. Perubahan bunyi iitu serupa halnya dengan aliran
Chan, sebuah sekte agama Budha mazhab Mahayana di Tiongkok, menjadi aliran Zen
sewaktu berkembang di Jepang.[4]
Agama
Shinto pada mulanya adalah merupakan perpaduan antara faham serba jiwa
(animisme) dengan pemujaan terhadap gejala-gejala alam. Shintoisme dipandang
oleh bangsa Jepang sebagai suatu agama tradisional warisan nenek moyang yang
telah berabad-abad hidup di Jepang, bahkan faham ini timbul daripada
mitos-mitos yang berhubungan dengan terjadinya negara Jepang. Latar belakang
historis timbulnya Shintoisme adalah sama-sama dengan latar belakang historis
tentang asal-usul timbulnya negara dan bangsa Jepang. Karena yang menyebabkan
timbulnya faham ini adalah budidaya manusia dalam bentuk cerita-cerita pahlawan
(mitologi) yang dilandasi kepercayaan animisme, maka faham ini dapat
digolongkan dalam klasifikasi agama alamiah.
Sedangkan
Shintoisme adalah faham yang berbau keagamaan yang khusus dianut oleh bangsa
Jepang sampai sekarang. Shintoisme merupakan filsafat religius yang bersifat
tradisional sebagai warisan nenek moyang bangsa Jepang yang dijadikan pegangan
hidup. Tidak hanya rakyat Jepang yang harus menaati ajaran Shintoisme melainkan
juga pemerintahnya juga harus menjadi pewaris serta pelaksana agama dari ajaran
ini.[5]
Nama Shinto muncul setelah masuknya
agama Buddha ke Jepang yang dimaksudkan untuk menyebut kepercayaan asli bangsa
Jepang, penyebarannya adalah di asia dan terbanyak di jepang, kira kira pada
abad 6 masehi agama budha masuk ke jepang dari tiongkok dengan melalui korea.
Satu abad kemudian agama itu telah berkembangan dengan pesat bahkan lama
kelamaan agama itu dapat mendesak agama shinto akan tetapi karena agama shinto
mengajarkan penganutnya untuk memuja dan berbakti kepada raja maka raja pun
berusaha untuk melindunginya.
Pada abad ke-7 Shinto masih berpegang
teguh pada sifatnya yang sederhana dan corak keagamaannya yang animistis. Akan
tetapi karena saat itu pula bangsa jepang mulai membayangkan sebagai sebuah
Negara kekaisaran yang mampu menyaingi kultur bangsa Cina yang sudah lebih dulu
maju, dan agama Shinto memeberi kemungkinan diciptakannya suatu kultus nasional
seperti yang pernah dilakukan oleh para penguasa suku Yamato jauh sebelumnya,
maka pemujaan terhadap Dewi Matahari yang pernah dikembangkan oleh suku
tersebut dihidupkan dan digalakkan kembali.[6]
Sejak saat itu dapat dikatakan bahwa
paham Shintoisme merupakan ajaran yang mengandung politik religius bagi Jepang,
sebab saat itu taat kepada ajaran Shinto berarti taat kepada kaisar dan berarti
pula berbakti kepada negara dan politik Negara, kemudian agama Shinto bercampur
dengan agama budha demikian pula dengan agama konghucu yang masuk ke jepang
langsung dari tanah asalnya kira kira pada abad pertengahan ke 7, Tentang
pengaruh agama Buddha yang lain nampak pada hal-hal seperti anggapan bahwa
dewa-dewa Shintoisme merupakan Awatara Buddha (penjelmaan dari Buddha dan
Bodhisatwa), Dainichi Nyorai (cahaya besar) merupakan figur yang disamakan
dengan Waicana (salah satu dari dewa-dewa penjuru angin dalam Budhisme
Mahayana), hal ini berlangsung sampai abad ketujuh belas masehi.
Ahirnya ketiga agama itu bergandengan
bersama sampai sekarang, hal itu tidaklah aneh karena orang jepang tidak
menolak kepercayaan apapun yang masuk negrinya, asalkan tidak menggangu
keselamatan Negara, tujuan utama bagi pemeluk agama Shinto adalah kebahagiaan
dalam kehidupan dunia, mereka menganggap bahwa orang yang sudah mati dapat
membantu mereka dalam menjalankan hidup ini dari abad keabad kultus (kebaktian)
terhadap roh nenek moyang selalu berubah bentuknya tetapi sifat kultus yang
khas masih tetap sama.[7]
C. SEJARAH PERKEMBANGAN AGAMA
SHINTO
·
Zaman
Jomon
Zaman Jōmon (縄文 時代 Jōmon-jidai?) merupakan
satu zaman prasejarah Jepun dari kira-kira 14,000 SM hingga 300
SM. Zaman ini terjadi
tepat pada akhir Zaman Pleistosen hingga Holosen (bersamaan dengan zaman batu
pertengahan dan zaman batu akhir). Sistem kepercayaan
di zaman ini masih dinamisme, seperti pada zaman-zaman prasejarah umumnya,
manusia pada zaman Jomon mempercayai bahawa benda-benda memiliki kekuatan
ghaib, dan benda-benda tersebut memiliki imina (nama benda) yang dipercayai
dapat mengatur dan memerintah benda-benda tersebut untuk melakukan sesuatu
pekerjaan. Jadi pada zaman itu, seseorang yang mengetahui imina suatu benda
akan berkuasa atas benda tersebut.
Kegiatan manusia pada zaman Jōmon dalam mencari
makanan bergantung pada tempat tinggalnya. Manusia yang tinggal di daerah yang
mempunyai kekayaan sumber alam mencari makan sebagai pemburu dan pengumpul
jenis tanaman yang boleh dimakan. Manusia zaman Jōmon mula mengenal kebudayaan
tembikar yang bersifat artistik. Zaman ini terkenal dengan penghasilan
tembikarnya (patung atau peralatan yang terbuat dari tanah liat). Terdapat
kecenderungan kebudayaan Jōmon lebih berkembang di Jepun timur berdasarkan
jumlah tapak penggalian dan pelbagai jenis barang tembikar yang berjaya
ditemukan.[8]
Sejarah perkembangan agama Shinto di Jepang dapat
dibagi kepada beberapa tahapan masa sebagai berikut:
I)
Masa perkembangannya
dengan pengaruh yang mutlak sepenuhnya di Jepang, yaitu dari tahun 660 sebelum
masehi sampai tahun 552 masehi, didalam masa dua belas abad lamanya.
II)
Masa agama Budha dan
ajaran Konghuchu dan ajaran Tao masuk ke Jepang, yaitu dari tahun 552 M sanpai
tahun 800 M yang dalam masa dua setengah abad itu agama sintho beroleh saingan
berat. Pada tahun 645 M Kaisar Kotoku merestui agama Budha dan menyampingkan
Kami no Michi.
III) Masa
sinkronisasi secara berangsur-angsur antara agama Shinto dengan tiga ajaran
agama lainnya, yaitu dari tahun 800M sampai tahun 1700M. Yang dalam masa sembilan
abad itu pada akhirnya lahir Ryobu-Shinto (Shinto-Panduan). Dibangun oleh
Kobo-Daishi (774-835) dan Kitabake Chikafuza (1293-1354M) dan Ichijo Kanoyoshi
(1465-1500M) dan lainnya.[9]
I.
MASA
DINASTI HEIAN (794-1160 M)
Pada
masa ini muncul usaha-usaha untuk merukunkan agama Buddha dan Shinto. Tokoh nya
antaralain adalah :
I.
Saicho
(Dengyo Daishi) (767-822 M)
Mendirikan sekte Tendai pada tahun 805 M.
Saicho mengajarkan bahwa dewa-dewa agama Buddha sebenarnya sama dengan
dewa-dewa agama Shinto. Para dewa tersebut sama-sama mengembangkan kedua agama
tadi.
II.
Kukai
(Kobo Daishi) (774-835 M)
Mendirikan
sekte Shingon[10]
pada tahun 809 M. Kukai mengetengahkan suatu teori Inkarnasi baru yang
mengajarkan untuk menyelamatkan umat manusia Buddha selalu muncul dalam aneka
perwujudan di berbagai tempat yang berbeda-beda. Menurut teori ini, dewa-dewa
agama Shinto pada hakikatnya adalah penjelmaan dari para Buddha itu. Oleh
karena itu sebenarnya tidak ada perbedaan antara pemujaan terhadap dewa-dewa
Buddha dengan pemujaan dewa-dewa agama Shinto.
Lebih lanjut dikatakan bahwa, Buddha Gautama
adalah sama dengan Dewi Matahari, sementara para dewa agama Buddha yang lebih
rendah tingkatannya adalah sama dengan dewa-dewa agama Shinto yang tingkatannya
juga lebih rendah. The theoretical forula for the “coexistence of Shinto and
Buddhism” was later designated either as Ryobu (Two-sided).[11]
Sebagai akibat dari perpaduan diatas,
perbedaan antara agama Shinto dan Buddha hampir sudah tidak tampak lagi.
Meskipun demikian percampuran kedua agama tadi tidak terjadi secara sempurna.
Diakalangan rakyat umum tetap ada semacam pembagian tugas dan fungsi antara
keduanya yang masih tetap berlanjut hingga sekarang, yaitu :
II.
MASA
DINASTI KAMAKURA (1185-1336 M)
Masa
ini disebut juga dengan masa kebangkitan Agama Buddha dan kemerosotan agama
Shinto. Agama Buddha, yang semula masih dianggap asing dirubah menjadi agama
asli jepang, karena gerakan-gerakan terpenting pembaharuan keagamaan yang
terpenting pada masa ini semuanya berasal dari agama Buddha.
III.
MASA
DINASTI ASHIKAGA (1336-1573 M)
Pada
masa ini muncul suatu aliran dalam agama Shinto yang mengajarkan kesatuan
antara Shinto, Buddhisme, dan Konfusianisme. Aliran ini disebut Yoshida
Shinto, yang didirikan oleh Yoshida
Kanetomo (1435-1511 M). kesatuan diantara ketiga agama itu digambarkan
sebagai berikut :
“Agama Buddha dianggap sebagai Bunga dan
buah dari semua prinsip aturan (Dharma) yang ada di alam ini; Agama Konfusius sebagai cabang dan
rantingnya; Agama Shinto sebagai
akar dan batangnya.”
Aliran ini, disamping menganggap Kami sebagai kewujudan yang berada
diluar manusia juga menganggap nya menempati dalam jiwa seseorang. Sejak akhir
zaman pertengahan sampai saat restorasi zaman Meiji, sekte Yoshida Shinto memiliki
banyak pengikut yang tersebar luas diseluruh jepang dan cukup berpengaruh dalam
lingkungan para pendeta dan dalam menentukan bentuk-bentuk upacara agama
Shinto.
IV.
MASA
DINASTI TOKUGAWA / EDO (1603-1863 M)
Dibawah
dinasti ini rakyat jepang menikmati masa yang penuh dengan ketentraman dan
kedamaian. Pada masa ini agama Buddha dijadikan satu-satunya agama yang diakui
di jepang. Kebijakan ini semula dimaksudkan untuk membendung arus kristenisasi
(pertamakali dibawa oleh bangsa Portugis tahun 1542). Namun demikian pada masa ini juga lahir
beberapa aliran baru dalam agama Shinto dengan tujuan revivalis dan
pembaharuan. Diantaranya adalah :
I)
Aliran Mito
Dipelopori
oleh Tokugawa Mitsukuni (1628-1700 M).
Para anggota aliran ini terdiri dari para ahli sejarah yang sangat berminat
mempelajari teks-teks kuno jepang dan berusaha membangkitkan kembali perhatian
masyarakat terhadap sejarah budaya dan tradisi asli Jepang.
II) Aliran
Fukko
Shinto
Yang
berarti restorasi atau reformasi Shinto. Tokoh-tokohnya antara lain adalah :
1)
Kada no Azumamaro
(1669-1736 M)
2)
Kano No Mabuchi
(1697-1769 M)
3)
Motoori Norinaga
(1730-1801 M)
4)
Hi-rata Atsutane
(1776-843 M)
Aliran ini bertitik-tolak
dari penelitian yang cermat terhadap bahasa-bahasa Jepang kuno agar memperoleh
pengertian yang inti mengenai agama Shinto.
Pada
masa akhir kekuasaan dinasti Tokugawa muncul ketidakpuasan masyarakat terhadap
pemerintah. Hal ini karena 2 hal, yaitu :
1)
Agama Buddha yang sudah
menjadi agama Negara, memperoleh kesan buruk. Sementara perhatian masyarakat
terhadap agama asli semakin meningkat, Sehingga pada penghujung masa Tokugawa,
banyak klenteng-klenteng ditutup dan para pendetanya meninggalkan pos-pos
mereka.
2)
Dibukanya kembali hubungan
Jepang dengan asing (Barat) yang sebelumnya ditutup sejak Jepang memulai masa
isolasinya pada tahun 1639.
Ketidakpuasan masyarakat ini
mengakibatkan berbagai macam agama yang baru mulai banyak bermunculan. Yaitu :
I)
Sekte Kurozumikyo
Didirikan
oleh Kurozumi Munetada (1780-1850 M).
dia mengajarkan bahwa dewa dan manusia hakikatnya adalah satu. Dalam kesatuan
ini tidak ada kelahiran atau kematian melainkan semata-mata kehidupan yang
abadi. Para pengikut sekte yang didirikannya percaya bahwa spirit Dewi Matahari
merasuki seluruh alam, dan orang harus berusaha untuk menyatukan diri dengan
spirit Dewi ini agar dapat merasakan dan menghayati kesatuan antara dewa dan
manusia yang menjadi sumber utama kebahgiaan hidup.
II) Sekte
Tenrikyo
Didirikan
oleh seorang wanita bernama Nakayama
Miki (1789-1887 M). dan memperoleh pengakuan sebagai salah satu dari
sekte-sekte agama Shinto yang baru di tahun 1908. Sesudah masa perang berakhir,
sekte ini menyatakan diri keluar dari kelompok agama Shinto, dan pada tahun
1970 diakusi sebagai sebuah agama yang berbeda dari agama Shinto.
Kaisar Tokugawa akhirnya tirun tahta pada
tahun 1868. Jepang kemudian memasuki masa modern dalam sejarahnya. Pada masa
ini hingga meletusnya perang di tahun 1945, sejarah agama di Jepang berhubungan
erat dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan politik pemerintah. Selama periode
1868-1945 itu kehidupan agama-agama di Jepang, terutama yang berkaitan dengan
agama Shinto, ditandai oleh 4 ciri pokok, yaitu :
1)
Usaha pemerintah untuk
menciptakan sebuah Negara Teokrasi
2) Penataan
system Jinja
3)
Campur tangan
pemerintah dalam urusan-urusan keagamaan
4)
Militerisme dalam
agama. [14]
D. AJARAN DAN KEPERCAYAAN
SHINTO
I. K
a m i
Istilah
“Kami” dalam agama Shinto dapat diartikan dengan “di atas” atau “unggul”,
sehingga apabila dimaksudkan untuk menunjukkan suatu kekuatan spiritual, maka
kata “Kami” dapat dialih bahasakan (diartikan) dengan “Dewa” (Tuhan, God dan
sebagainya). Jadi bagi bangsa Jepang kata “Kami” tersebut berarti suatu objek
pemujaan yang berbeda pengertiannya dengan pengertian objek-objek pemujaan yang
ada dalam agama lain.[15]
Istilah Kami
diterapkan terhadap kekuatan dan objek-objek tertentu, tanpa membedakan
apakah objek tersebut adalah benda hidup atau mati, bersifat baik atau buruk.
Semua yang memiliki sifat-sifat misteriusdan menimbulkan rasa segan dan takut
dapat dianggap sebagai Kami.
“Pada mulanya istilah Kami diterapkan terhadap dewa-dewa langit dan bumi yang disebutkan
dalam dokumen-dokumen kuno tertulis, dan terhadap spirit-spirit (mitama) yang mendiami tempat-tempat
suci, tempat mereka dipuja. Disamping itu, bukan hanya manusia, tetapi juga
burung-burung, binatang-binatang, tetumbuhan dan pohon-pohon, laut dan
gunung-gunung, dan semua benda lain, apapun bentuknya yang patut ditakuti dan
dipuja karena memiliki kekuasaan yang tinggi dan luarbiasa, semuanya disebut kami. Kami juga tidak memerlukan
sifat-sifat istimewa karena memiliki kemuliaan, kebaikan, atau kegunaan yang
khusus. Segala kewujudan yang jahat dan mengerikan juga disebut Kami
apabila merupakan objek-objek yang pada umumnya ditakuti.” -Motoori Norinaga[16]
Dari kutipan diatas dapat diketahui
adanya 4 hal yang mendasari konsepsi kedewaan dalam agama Shinto, yaitu :
1.
Dewa-dewa tersebut pada
umumnya merupakan personifikasi gejala-gejala alam.
2.
Dewa-dewa tersebut
dapat pula berarti manusia
3.
Dewa-dewa tersebut
dianggap mempunyai spirit yang mendiami tempat-tempat di bumi dan mempengaruhi
kehidupan manusia.
4.
Pendekatan manusia
terhadap dewa-dewa tersebut bertitik-tolak dari perasaan segan dan takut.[17]
Dewa-dewa dalam agama Shinto jumlahnya
tidak terbatas, bahkan senantiasa bertambah, hal ini diungkapkan dalam istilah “Yao-Yarozuno Kami” yang berarti “delapan miliun dewa”.[18]
Menurut agama Shinto kepercayaan terhadap berbilangnya tersebut justru dianggap
mempunyai pengertian yang positif. Sebuah angka yang besar berarti menunjukkan
bahwa para dewa itu memiliki sifat yang agung, maha sempurna, maha suci dan
maha murah. Oleh sebab itu angka-angka seperti 8, 80, 180, 5, 100, 10, 50, 100,
500 dan seterusnya dianggap sebagai angka-angka suci karena menunjukkan bahwa
jumlah para dewa itu tidak terbatas jumlahnya. Dan seperti halnya jumlah angka
dengan bilangannya yang besar maka bilangan itu juga menunjukkan sifat
kebesaran dan keagungan “Kami”.[19]
Adapun beberapa dewa-dewi, mahkluk gaib, roh-roh, yang dipuja dalam Shinto
antara lain[20] :
·
Naga (mahkluk berupa
ular)
·
Dosojin, Ebisu (salah
satu dewa keberuntungan Jepang)
·
Dewa Hachiman, Henge,
Kappa, Kitsune (Roh Srigala)
·
Oinari (Roh Srigala)
·
Shishi (Singa)
·
Su-ling (Empat Binatang
Pelindung)
·
Tanuki (Sejenis Dewa
·
Inari (dewa makanan)[21]
·
Aragami (Roh ganas dan
jahat)[22]
·
Dewa-dewa Tanah dan
Dewa-dewa Gunung dan Dewa-dewa Pohon
·
Dewa-dewa Air dan
Dewa-dewa Laut
·
Dewa-dewa Api
·
Dewa-dewa manusia
II.
Ajaran
Tentang Manusia
Hubungan
kami dengan manusia terjalin suatu
hubungan antara orangtua dan anak, atau antara nenek moyang dengan
keturunannya. Dengan demikian “manusia adalah putra kami”. Ungkapan ini memiliki 2 macam arti :
1)
Kehidupan manusia
berasal dari kami, sehingga dianggap
suci.
2)
Kehidupan sehari-hari
adalah pemberian dari kami.
Dalam agama Shinto, manusia
memiliki banyak arti, diantaranya :
·
Hito[23]
·
aohito-gusa[24]
·
ame no masu-jito[25]
konsep dosa tidak dikenal dalam agama
Shinto. Segala bentuk upacara keagamaan yang dikerjakan pada dasarnya bertujuan
untuk menciptakan kondisi “suci” yang sangat diperlukan dalam mendekati kami. Penyakit, luka, menstruasi, dan
kotoran-kotoran lainnya dianggap sebagai hal-hal yang dapat merusak hubungan
manusia dengan kami.
Salah satu tokoh Shinto
Shimogamo Shrine mengatakan bahwa, Shinto tidak mengajarkan adanya perbuatan
dosa. Jika melakukan perbuatan tertentu yang menciptakan dosa seseorang harus
mau dibersihkan semata-mata untuk ketenangan pikiran sendiri dan nasib baik,
dan bukan karena dosa yang salah dalam dan dari dirinya sendiri. Perbuatan jahat
dan salah disebut "Kegare",. "cerah" atau hanya
"baik".
Membunuh
apa pun untuk dapat bertahan hidup harus dilakukan dengan rasa syukur dan
melanjutkan ibadah. Jepang Modern terus menempatkan penekanan pada pentingnya
"aisatsu" atau ritual frasa dan salam. Sebelum makan, orang harus
mengucapkan "itadakimasu",. "Saya akan dengan rendah hati
menerima", dalam rangka untuk menunjukkan rasa syukur dari makanan pada
khususnya dan umumnya kepada semua makhluk hidup yang kehilangan nyawa mereka
untuk membuat makanan. Kegagalan untuk menunjukkan rasa hormat yang tepat
adalah tanda kebanggaan dan kurangnya kepedulian terhadap orang lain.
III.
Ajaran
Tentang Dunia
Agama
Shinto adalah termasuk tipe agama “lahir satu kali”. Dalam arti, memandang
dunia ini sebagai satu-satunya tempat kehidupan bagi manusia. Meskipun
demikian, dalam pemikiran Shinto ada 3 macam dunia, yaitu :
3.
Tokoyono-kuni,
yang berarti “kehidupan yang abadi”, ”negeri yang jauh diseberang lautan”, atau
“kegelapan yang abadi”. [28]
Ketiga dunia tersebut sering pula disebut
dengan kakuriyo (dunia yang
tersembunyi), sementara dunia tempat tinggal manusia hidup disebut ut-sushiyo
(dunia yang terlihat atau dunia yang terbuka).
Menurut Motoori Morinaga dalam mite terdapat
ketentuan dari dewi matahari mengenai suatu keabadian sejarah. Morinaga juga
menyatakan bahwa dunia manusia ini akan senantiasa
tumbuh dan berkembang serta berubah terus menerus. Makanya oleh sebab itu agama
Shinto tidak memiliki ajaran tentang hidup dihari kemudian atau hidup setelah
mati, meskipun percaya akan adanya suatu dunia yang penuh kenikmatan dan
kedamaian tempat tinggal arwah orang-orang yang hidupnya suci. Agama tersebut
agaknya lebih menekankan pada pandangan yang lebih berorientasi kekinian dan
keduniaan, apalagi dunia dianggap
sebagai tempat tinggal manusia yang tidak akan pernah musnah.
Berdasarkan
pandangan semacam ini maka saat-saat kehidupan manusia saat ini merupakan
saat-saat yang penuh dengan nilai. Setiap pemeluk Shinto diharuskan untuk
berperan aktif secara langsung dalam perkembangan dunia yang abadi, yang harus
memanfaatkan setiap saat dalam kehidupan semaksimal mungkin. Mentalitas seperti
ini, mungkin merupakan diantara lain-lain faktir yang telah membawa bangsa
jepang menuju tingkat kesejahteraan dan kemakmuran hidup duniawi yang cukup
tinggi seperti yang dapat dilihat sekarang.[29]
IV.
Ajaran
Tentang Dunia Lain
Konsep Dunia Lain
Dalam 英語で話す日本の心 (1996:172-173) disebutkan pengertian dunia lain atau yang dalam
bahasa Jepang disebut あの世 adalah sebagai berikut:
死後の世界とか黄泉の国ともいわれる。死後についての日本人の伝統的
基本的信仰では、死霊は時とともに個を失い、三十三回忌を終えると祖
霊に同化するとされた。祖霊は生者を見守り、正月には血族を訪れ、夏
のお盆には稲を守りにやってくる。非業の死をとげた者は御霊となるの
で、鎮める必要があった。仏教は、輪廻や来世の概念を世に広めて、日本人は伝統的考え方を変えていった。とくに鎌倉時代以降は、極楽浄土信仰と並んで地獄信仰が盛
んになった。人間は死後四十九日間は人間と霊の中間の存在で、山を越
え、三途の川を渡って、閻魔大王または十王の裁きをうけ、来世に入っ
ていくと考えられた。
Dapat disebut juga
shigo no sekai, yang berarti dunia setelah mati, dan yomi nokuni
yang berarti dunia kegelapan. Orang Jepang secara tradisional pada dasarnya
percaya pada kehidupan setelah mati, arwah orang yang sudah mati secara
berangsur-angsur akan kehilangan kepribadiannya sampai pada akhirnya
setelah tiga puluh tiga
tahun kematiannya akan bersatu dengan arwah leluhur. Lalu arwah tersebut
selanjutnya akan menjaga orang yang hidup, mengunjungi sanak-saudaranya pada
saat liburan tahun baru, dan pada saat musim panas ketika Festival Obon
berlangsung, arwah tersebut akan datang untuk menjaga tanaman padi. Dengan
pengecualian, apabila arwah tersebut meninggal dengan cara tragis dan sadis,
dipercaya ia akan menjadi dewa jahat yang ingin membalas dendam (onryo
atau goryo) yang perlu ditentramkan.
Budha telah merubah
pemikiran tradisional ini, dengan memperkenalkan gagasan seperti reinkarnasi
dan dunia yang berbeda dimana orang yang mati tersebut akan lahir kembali. Pada
saat periode Kamakura sedang berlangsung, kepercayaan terhadap bermacam-macam
neraka dan juga kepercayaan terhadap surga menjadi populer. Dipercaya bahwa
pada hari ke-49 setelah kematian, orang yang mati akan melewati gunung dan
menyeberangi sungai (Sanzu noKawa) sebelum di adili oleh raja Enma atau
10 raja dan diangkat ke dunia lain untuk kehidupan selanjutnya.
Konsep
Hubungan Shinto Dengan Dunia Lain
Rosidi (1981:82) mengatakan bahwa, “Shinto pada dasarnya adalah
kepercayaan animistik. Ia mempertuhan segala sesuatu yang dianggap luar biasa.
”Pengertian animisme seperti yang ditulis dalam 英 語 で 話 す 日 本 の 心 (1996:268-269) adalah kepercayaan terhadap adanya kehidupan
spiritual di dalam sebuah benda, fenomena alam, dan alam semesta itu sendiri
mampu mempengaruhi manusia. Dari kedua teori di atas, sudah terlihat dengan
jelas bahwa Shinto memang mempunyai hubungan yang erat dengan dunia lain. Dalam
Shinto ada upacara untuk membersihkan diri dari roh-roh yang jahat. Upacara
tersebut terdiri dari harai (pengusiran roh jahat), misogi
(pembersihan diri) dan imi (pantangan). Harai biasanya dilakukan
oleh pendeta, misogi dilakukan dengan air atau garam, sedangkan imi
biasa dilakukan oleh para pendeta sebagai usaha untuk menghindarkan kekotoran
diantaranya dengan cara berpantang. (Rosidi, 1981:83)
Berikut ini adalah pengertian harai,
misogi, dan imi menurut buku 英語で話す日本の心 (1996:149, 151 & 223):
1.
harai atau
disebut juga harae adalah istilah umum yang dipakai oleh upacara
pembersihan Shinto. Fungsi dasar harai adalah upacara pembersihan untuk
mempersiapkan peserta upacara sebelum bertemu dengan Dewa. Dalam harai
juga terdapat ritual penebusan dan hukuman bagi pelanggaran terhadap sesuatu
yang suci atau keramat.
2.
misogi adalah
ritual pembersihan Shinto. Arti dari kata misogi sendiri adalah ritual
pembersihan tubuh dengan menggunakan air untuk menghilangkan segala kekotoran
baik secara fisik maupun spiritual.
3.
imi adalah
ritual untuk menjauhi segala benda, orang, tempat, waktu, kegiatan, atau kata
yang dianggap keramat. Konsep imi bisa dikatakan berhubungan erat dengan
suatu gagasan ketidaksucian (kegare) Salah satu contohnya adalah
pantangan tradisional yang meliputi kelahiran, menstruasi, dan kematian. Ada
juga imikotoba yang merupakan sebuah pantangan dalam kata dan ekspresi.
Selain imikotoba ada juga pantangan terhadap angka (imikazu).
Konsep Hantu (Obake)
Pada umumnya hantu di Jepang disebut Obake. Menurut Screech
dalam Mengungkapkan bahwa dalam bahasa Jepang istilah hantu biasanya disebut “Obake”.
Obake merupakan sebuah kata yang berasal dari kata “bakeru” yang
dalam bahasa Indonesianya berarti berubah. Oleh sebab itu Obake
mempunyai arti sesuatu yang dapat berubah-ubah bentuk. Obake mempunyai
beraneka ragam wujud dan jenis. Yang termasuk dalam Obake adalah
yokai, yuurei dan oni. Yokai adalah hantu yang muncul
secara tiba-tiba. Sedangkan yuurei adalah, arwah atau roh halus. Dan
oni sendiri mempunyai arti iblis atau raksasa.[30]
Sargent dalam juga
mengungkapkan bahwa karena ada perbedaan bahasa, istilah Obake dalam
bahasa Jepang juga bisa diartikan monster. Oleh sebab itu jenis-jenis Obake
sangat banyak.[31] Mengenai
yuurei seperti yang ditulis dalam 英 語 で 話 す 日 本 の 心 (1996:252-253) adalah:
幽霊は、死んだ人の魂で、その人にそっくりの姿で現れる。この世に戻 ってくる特別の理由を持っていて、親族や親しい知人など、特定の人に
しか姿を見せない。激しい死に方や不自然な死に方をした人は、死の世
界への最後の関門をくぐれないので、親族や知人の前に現れて、この世
から去り難いことを訴えると考えられている。江戸時代中期以降の「東
海道四谷怪談」や「牡丹灯籠」などの幽霊物語では、幽霊は髪をふりみ
だし、長い腕をだらりをさせて、脚がない。
Hantu (yuurei)
adalah roh orang yang sudah meninggal yang muncul dengan wujud seperti
bayangan. Hantu kembali ke dunia ini dengan tujuan khusus dan juga untuk
memperlihatkan dirinya kepada orang-orang tertentu. Kebanyakan dari orang-orang
itu adalah kerabat dan orang yang mempunyai hubungan intim dengan hantu
tersebut. Roh-roh orang yang meninggal dengan kekerasan ataumeninggal secara
tidak wajar, dipercaya tidak akan bisa melewati gerbang terakhir di dunia
kematian. Oleh karena itu hantu tersebut akan memperlihatkan dirinya kepada
kerabat atau orang yang dikenalnya dan menunjukan keseganannya kepada dunia.
Pada pertengahan zaman Edo, hantu di dalam cerita hantu seperti Tokaido
Yotsuya Kaidan dan Botan Doro digambarkan mempunyai rambut yang
terurai, tangan yang panjang dan tidak mempunyai kaki.
Sementara itu Aiko
(2002:59) juga mengungkapkan bahwa yuurei kebanyakan hadir dalam sosok
wanita yang meninggal akibat patah hati, cemburu, rasa bersalah dan bunuh diri.
Yuurei ini sendiri biasanya hadir dalam sosok wanita mengenakan kimono
putih (kitabira) yang merupakan pakaian yang biasa dikenakan pada saat
seseorang dimakamkan. Yuurei tidak memiliki kaki dan biasanya mengenakan
ikat segitiga dikeningnya (hitaikushi). Yuurei juga biasanya
muncul di 1/4 malam sekitar jam 2-3 dini hari.
Menurut Tanaka
(1990:332-333) disebutkan juga bahwa hantu adalah roh orang yang telah
meninggal yang meninggal dengan tidak
bahagia dan menyimpan dendam. Kata hantu di Jepang pertama-tama disebut “urameshiya”
yang berarti kutukan ada bersamamu. Hantu di Jepang biasanya akan muncul pada
saat malam yang suram ketika hujan. Hantu juga dapat muncul dimana saja, dan
biasanya berwujud sama dengan wujud tubuh mereka sebelum meninggal. Hantu
tersebut hanya memperlihatkan dirinya kepada orang-orang yang dianggapnya
perlu. Dan biasanya hantu di Jepang jugadibedakan berdasarkan ketidak beradaan
kakinya.
§ Oni (setan)
Sejenis
makhluk jahat dengan kekuatan besar yang datang dari neraka untuk mengganggu
kehidupan manusia di muka bumi. Oni dalam cerita tersebut digambarkan seperti
Oni dalam legenda dan cerita rakyat Jepang, yaitu sebagai makhluk berwajah
menyeramkan dengan gigi taring mencuat, bertanduk dan berkulit merah. Oni yang
digambarkan setara dengan iblis dan setan-setan khas Eropa. Mereka memiliki
kekuatan supranatural yang mampu menghancurkan manusia.
§ Kitsune
Sebutan
untuk binatang rubah dalam bahasa Jepang. Dalam cerita rakyat Jepang, rubah
sering ditampilkan dalam berbagai cerita sebagai makhluk cerdas dengan
kemampuan sihirnya yang semakin sempurna sejalan dengan semakin bijak dan
semakin tua rubah tersebut. Selain itu, rubah mampu berubah bentuk menjadi
manusia. Dalam legenda, rubah sering diceritakan sebagai penjaga yang setia,
teman, kekasih, atau istri, walaupun sering terdapat kisah rubah menipu
manusia. Dalam kepercayaan Shinto, kitsune disebut Inari yang bertugas sebagai
pembawa pesan dari Kami (Dewa). Sebagian orang memberi persembahan untuk
kitsune karena dianggap memiliki kekuatan gaib.
§ Kuchisake-onna (Wanita
Bermulut Lebar)
Merupakan
salah satu legenda terkenal dari Jepang. Sesuai dengan namanya, makhluk ini
berwujud wanita dengan mulut yang lebar, ujung bibirnya mencapai telinga. Konon
wanita tersebut merupakan korban dari operasi gigi yang gagal, sehingga
mulutnya robek dan giginya terlihat menyeringai dengan seram. Karena marah,
wanita itu membunuh dokter yang mengoperasinya, setelah itu kabur sambil
menutup mulutnya dengan kain. Kemudian wanita itu bergentayangan dan berubah
menjadi siluman. Di jalan yang sepi, wanita tersebut sering bertanya kepada
anak-anak yang berpapasan dengannya, apakah ia cantik atau tidak. Beberapa
mitos mengatakan bahwa bila mengatakan cantik, maka nyawa anak itu selamat,
sedangkan bila menjawab jelek maka akan dibunuh.
§ Okiku
Ada
sebuah sumur yang dihuni oleh hantu Okiku di kastil Himeji, Kobe. Konon katanya
Okiku adalah pelayan yang sangat setia pada tuannya dan diam-diam mencintainya.
Jasa besar Okiku yang berhasil menggagalkan rencana pembunuhan terhadap
tuannya, ternyata berujung maut. Prajurit yang rencananya gagal ini berniat
membalas dendam pada Okiku.
Saat
itu salah satu tugas Okiku adalah merawat 10 buah piring berharga kesayangan
tuannya. Prajurit yang sakit hati itu lalu mencuri sebuah piring untuk
memfitnah Okiku sebagai pencuri. Sayang, Sang Tuan yang dia puja-puja percaya
bahwa Okiku lah yang mencuri. Dia lalu disiksa kemudian dicelupkan dalam sebuah
sumur.
Sejak
saat itu, setiap dini hari terdengar suara isak tangis dan suara menghitung
dari dalam sumur tersebut. Suara menghitung itu hanya sampai ke hitungan
sembilan saja, kemudian berubah menjadi lengkingan tangis yang mengerikan,
karena dia nggak berhasil menemukan piring ke-10.
§ 座敷童子 (Zashiki Warashi)
Zashiki
Warashi adalah hantu yang berwujud anak-anak yang seringkali nakal daripada
membahayakan. Hantu ini bisa juga disebut Zashiki-bokko. Zashiki bisa diartikan
sebagai penutup lantai rumah atau tatami sedangkan Warashi adalah hantu
anak-anak. Penampakan Zashiki Warashi adalah seperti anak kecil yang berusia
sekitar 5 atau 6 tahun. Berambut cepak dan berwajah merah. Apabila di Indonesia
hantu seperti ini disebut tuyul. Biasanya hantu anak-anak ini berkeliaran di
sekitar rumah dan hantu ini mencari perhatian dengan cara yang bermacam-macam,
seperti meninggalkan jejak kaki di lantai, membunyikan musik di ruang tamu atau
tiba-tiba duduk di atas futon. Hantu ini paling senang menampakkan diri pada
anak kecil.
§ Kesaran Pasaran
Makhluk
yang konon dapat memberikan keberuntungan pada pemiliknya wujudnya seperti
gumpalan bulu berbentuk bola. Ukurannya kecil, kurang lebih sebesar bola
pingpong. Legenda mengatakan bahwa Kesaran Pasaran adalah bulu sayap malaikat
yang jatuh ke bumi.
§ Bijuu(尾獣)
Makhluk-makhluk
legenda dari mitologi Jepang. Kebanyakan dari mereka bertubuh besar dan
berkekuatan menakjubkan. Mereka tersebar di seluruh daerah Jepang. Kekuatan
chakra/stamina mereka diklasifikasikan melalui banyaknya jumlah ekor mereka.
Para
bijuu ini hanyalah mitos yang ada di Jepang. Kabarnya roh-roh mereka disegel di
9 kuil di Jepang. Para bijuu ini juga ada mahluk yang setengah dewa maupun
peliharaan dewa. (Raijuu dulunya adalah dewa sebelum kekuatan kegelapan Yamata
no Orochi membuatnya menjadi monster. Nekomata juga adalah peliharaan dewa
kematian).
§ Kappa
Makhluk
legenda; suatu jenis peri air yang ditemukan dalam cerita rakyat Jepang.
Kebanyakan gambaran memperlihatkan kappa sebagai humanoid seukuran anak,
menyerupai monyet atau kodok daripada manusia. Beberapa keterangan menyatakan
wajah mereka seperti kera, sementara yang lain memperlihatkan mereka dengan
paras berparuh yang lebih mirip kura-kura atau bebek. anak-anak kecil adalah
salah satu makanan favorit kappa yang rakus, meski mereka juga akan memakan
yang dewasa juga. Mereka memakan korban-korban malang ini dengan menyedot
keluat shirikodama (尻子玉)
(atau usus, darah, liver, atau “daya hidup,” bergantung pada legendanya)
melalui anus. Bahkan sekarang, tanda-tanda bahaya tentang kappa yang muncul
dengan tubuh air di beberapa kota dan desa Jepang.
§ Nekomata
Nekomata
adalah sebuah makhluk dari cerita mitologi Jepang, dipercaya sebagai sebuah
metamorfosis dari kucing peliharaan. Ia berasal dari Hutan Kematian di utara
Hokkaido dan konon pertama kali ditemukan di Hutan Iblis Hokkaido, ia berasal
dari Hutan Kematian (berbeda dengan hutan iblis) di utara Hokkaido. Bentuknya
berupa monster kucing hitam raksasa.
§ Tengu
Tengu
adalah makhluk dalam legenda Jepang. Salah satu Kami penunggu gunung, atau
youkai yang erat hubungannya dengan burung elang atau gagak. Pakaiannya mirip
dengan pakaian pendeta yamabushi yang menempa diri di hutan dan gunung. Tengu
memiliki hidung yang panjang, wajahnya merah, memiliki sepasang sayap, serta
kuku kaki dan tangan yang sangat panjang. Tengu bisa terbang bebas di angkasa
sambil membawa tongkat yang disebut kongōzue, pedang besar (tachi), dan kipas
berbentuk daun (hauchiwa). Pekerjaannya menghalangi orang yang ingin mendalami
agama Buddha. Nama lainnya adalah Gehō-sama (外法様 tuan sihir).
§ Tsuchinoko (ツチノコ)
Adalah
hewan yang dilaporkan ada di Jepang tapi belum pernah bisa dibuktikan
(cryptid). Bentuknya seperti ular namun berperut gendut mirip botol atau pin
boling dengan ekor yang kecil mirip ekor tikus. Hewan ini dilaporkan pernah
"dilihat" saksi mata di berbagai tempat di Jepang, kecuali di
Hokkaido dan Kepulauan Ryukyu. Hingga kini, tsuchinoko belum pernah berhasil
ditangkap orang karena saksi mata menjadi takut, atau hewan ini lebih dulu
melarikan diri. Beberapa pemerintah daerah di Jepang menawarkan hadiah uang
dalam jumlah besar bagi orang yang berhasil menangkap tsuchinoko. Hadiah uang
sebesar 100 juta yen pernah ditawarkan kota Itoigawa, Prefektur Niigata.
Kemungkinan
besar, orang hanya salah melihat saja. Perut ular yang baru saja menelan mangsa
berukuran besar akan membesar seperti sosok tsuchinoko yang dilaporkan saksi
mata. Selain itu, tsuchinoko mirip dengan kadal genus Tiliqua yang masuk ke
Jepang sebagai hewan peliharaan sejak sekitar tahun 1970-an. Kadal tersebut
memiliki kaki yang kecil dan hampir tidak terlihat, sehingga di tengah
kerimbunan dapat disangka sebagai tsuchinoko.
§ Kodama
Youkai pohon yang
berbentuk seperti manusia. Kodama akan membalas dendam pada manusia jika ada
manusia yang menebang pohon sembarangan dengan tidak bertanggungjawab. Kodama
termasuk hantu yang baik. Mereka kabarnya juga suka berbagi pengetahuan dan
kebajikan dengan orang yang yang bisa berkomunikasi dengan mereka.
§ Amikiri
Kebanyakan Youkai jenis
ini tinggal di bawah air. Berwajah menyeramkan dan kadang-kadang menyerang
manusia. Amikiri bisa hidup di darat dan merubah wujudnya menjadi manusia.
Amikiri jadi teman baik manusia jika manusia tersebut menghargai alam
sekitarnya.
§ Kasa obake
Hantu payung yang digambarkan sebagai payung bermata satu dan lidahnya terjulur. Penopangnya adalah satu kaki (gagang payung) yang memakai sandal kayu. Hantu ini suka beterbangan saat hujan turun, dan kabarnya suka bermaindengan anak kecil.
Hal yang aneh tentang
Kasa-obake adalah bahwa mereka mempunyai nama mereka sendiri, hanya untuk
memisahkan mereka dari Tsukumogami lain. Memang benar, Kasa-obake adalah nama
setan payung.
§ Yuki Ona (yukime)
Youkai berwujud wanita
cantik yang muncul di daerah pegunungan bersalju. Suka muncul di hadapan
lelaki-lelaki muda, dan menggoda agar lelaki tersebut mau menciumnya. Ciumannya
akan membuat orang menjadi balok es.
§ Sunakake Babaa
Youkai aneh yang
kabarnya suka melempar pasir ke orang dan akan membuat orang tersebut
kehilangan penglihatan. Setelah itu, dia akan tertawa lalu menghilang.
§ Norikabe
Membuat orang jadi
tersesat.
§ Heikegani
Alasan mengapa Heikegani
ada di daftar ini adalah karena mereka benar-benar ada. Kepiting Heikegani
adalah salah satu spesies artropoda asli Jepang. Asalnya, mitos Jepang
menyatakan bahwa kepiting ini menanggung wajah Heike samurai yang tewas dalam
pertempuran Dan-no-ura, dan memang tubuh kepiting ini mirip wajah manusia. Carl
Saham mengatakan, di masa lalu, orang-orang Jepang hanya memakan kepiting
Heikegani yang tidak mirip wajah samurai agar mereka bisa selamat dan mendapat
keturunan. Dewasa ini, kebanyakan kepiting ini memiliki tubuh yang menyerupai
wajah manusia (meski hanya berdiameter 1 atau 2 inci). Kepiting ini jarang
dimakan.
§ Nuppeppo
Tidak banyak informasi
tentang Nuppeppo. Nuppeppo adalah setan gumpalan daging manusia. Mereka
berjalan dengan tangan dan sering ditemukan di kuburan atau kuil kosong tengah
malam.
§ Makura-gaeshi
Yang unik dari cerita
rakyat Jepang adalah karena makhluk-makhluknya yang suka melakukan hal-hal
aneh. Makura-gaeshi adalah roh jahil yang terkenal suka menggeser bantal saat
orang tidur. Beberapa sumber mengatakan mereka juga suka menaburkan pasir di mata
manusia dan mencuri jiwa, tapi yang paling dikenal dari kejahilan hantu ini
adalah suka menggeser bantal. Tidak ada cerita yang menjelaskan seberapa jauh
bantal dipindahkan, beberapa sumber menceritakan mereka hanya menjatuhkan
bantal tersebut saat pemiliknya tertidur pulas.
§ Mokumokuren
Mokumokuren juga salah
satu dari setan Jepang yang suka melakukan hal aneh. Di zaman Jepang kuno,
pintu geser terbuat dari kertas biasa. Tentunya kertas tersebut bisa berlubang
dan sobek. Mokumokuren adalah roh yang mendiami kertas pintu geser yang
berlubang. Jika pemilik pintu geser ceroboh dan kertasnya banyak lubang, banyak
pula Mokumokuren yang mengintip lewat lubang tersebut. Memang hal ini agak
menakutkan. Satu-satunya cara untuk menyingkirkan Mokumokuren adalah memperbaiki
lubang-lubang pintu.
§ Konak jiji
Adalah makhluk kecil
yang jahat. Hantu ini berbentuk bayi dan bersembunyi di daerah pegunungan
terpencil menunggu pejalan kaki lewat. Ketika korban sudah di depan mata, Konak
jiji mulai menangis, dan pejalan kaki yang punya hati tentu akan mencari dan
menghentikan tangisan bayi dengan menghiburnya. Padahal itu adalah kesalahan
besar. Saat Konak jiji diangkat, beratnya akan bertambah tak tertahankan.
Beberapa sumber mengatakan mereka bisa tumbuh hingga 350 kilogram, cukup untuk
membuat kerusakan serius bagi siapa yang mengangkatnya. Terkadang si korban
tidak bisa menjatuhkan Konak jiji karena lumpuh. Namun, jika ada yang bisa
bertahan dengan berat Konak jiji, hal itu akan memberikan kekuatan gaib.
§ Akaname
Dapat diartikan sebagai
‘penjilat kotoran’, dan itu tidak salah. Akaname adalah jenis hantu Jepang
mengeriikan yang menjilat kamar mandi kotor dengan bantuan lidah dan air liur
beracun. Hal ini diyakini merupakan cara orang tua agar anak-anaknya menjaga kebersihan
kamar mandi.
§ Ittan momen
Tampak cukup berbahaya
walaupun hanya sepotong kain putih sepanjang 33 kaki. Kebiasaannya terbang beas
di malam hari, agak aneh, tapi tidak terlalu menakutkan. Makhluk ini memang
tidak menakutkan, sampai mereka melakukan kejahatan mereka. Mereka membungkus
kepala orang dan meremukkan tengkoraknya sampai mati. Walau begitu, Ittan momen
senang jika mendapatkan kepercayaan dari orang-orang untuk dikenakan. Hal itu
masih menjadi misteri.
§ Shirme
Adalah sebutan untuk
laki-laki yang matanya di anus. Tidak banyak informasi tentangnya sekarang ini.
Kenyataannya, hanya ada satu kisah tercatat tentang Shirme, dan kisah ini
sangat disukai pembuat pengarang cerita dan artis Jepang Yosa Buson yang ada di
dalam lukisannya. Cerita tentang Shirme itu mengisahkan tentang seorang samurai
yang sedang berjalan sendiri di malah hari ketika seseorang memanggilnya. Ia
berpaling dan melihat seorang laki-laki misterius membuka baju dan menunjukkan
bokongnya dan mata berkilauan muncul dari situ. Samurai itu ketakutan dan
melarikan diri. Sejak itu Shirme tidak pernah terlihat lagi.
§ 怨霊(Onryou)
Onryou adalah hantu yang
menaruh dendam kepada orang lain pada semasa hidupnya dan biasanya setelah
meninggal ia akan gentayangan untuk membalas dendam kepada orang-orang
tersebut. Penampakan Onryou biasanya digambarkan sebagai berikut :
1.Rambut
panjang terurai
2.Memakai
kimono putih
3.Pergelangan
tangan menjuntai ke bawah
4.Biasanya
kaki tak tampak menjejak tanah
§ 産女 (Ubume)
Dalam kepercayaan
masyarakat Jepang, Ubume adalah sosok hantu wanita yang meninggal ketika
mengandung (lalu melahirkan dalam kubur) sehingga meninggalkan anak yang masih
bayi dan hantu tersebut selalu kembali untuk merawat anaknya dengan membawa
gula-gula. Apabila di Indonesia hantu ini sejenis dengan Kuntilanak atau Sundel
Bolong. Penampakan Ubume hampir sama dengan penampakan Onryou, hanya kisah asal
muasalnya saja yang berbeda.
§ 船幽霊(Funa Yuurei)
Funa Yuurei adalah hantu
yang berasal dari manusia yang tewas di tengah lautan. Mereka biasanya
menampakkan diri pada penumpang kapal dan berpura-pura meminta bantuan kepada
para penumpang, setelah itu mereka akan membalikkan kapal tersebut sehingga
semua penumpang meninggal.
§ Daidara-bocchi
Di Jepang terdapat
legenda tentang raksasa luar biasa bernama Daidara-bocchi, dengan ukuran dan
kekuatan yang tidak mungkin, tetapi memiliki rasa humor. Dikatakan bahwa jejak
kaki makhluk ini telah menciptakan cekungan, danau, dan kolam yang tak
terhitung banyaknya. Dan dengan kekuatannya kadang dia menyalah gunakannya
untuk memindahkan gunung-gunung dan sungai-sungai. Menurut salah satu legenda,
berat tubuh Daidara-bocchi sebanding dengan berat Gunung Fuji dan Gunung
Tsukuba bila diajdikan satu, dan ketika dia terjatuh, akhirnya membelah gunung
itu menjadi dua.
§ Doro-ta-bō
Jaman dahulu, disebelah
Barat Tokyo ada seorang petani miskin pekerja keras. Dia menggarap sebuah lahan
yang tak terurus hingga mengubahnya menjadi sebuah lahan beras padi yang
produktif untuk mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Tetapi suatu ketika
lelaki itu jatuh sakit, dan anak laki-laki satu-satunya yang malas dan tukang
bohong, tidak seperti ayahnya, menghabiskan hari-harinya dengan minum-minuman
dan mengabaikan lahan peninggalan ayahnya yang subur. Akhirnya lahan tersebut
dijual ke pelmilik yang baru.
Tetapi roh pria tua itu
tidak bisa beristirahat dengan tenang, melihat peternakannya dalam reruntuhan
dan kerja kerasnya tak berarti ap-apa, dan suatu malam badannya bangkit dari
lumpur, menangis menuntut agar lahannya dikembalikan. Sejak saat itu, setiap
malam terang bulan, suara petani yang sudah mati tersebut terdengar dari
kejauhan, meminta lahannya dikembalikan.
§ Baku
Ketika mimpi buruk
datang, jika kamu masih bisa tersadar melalui alam bawah sadarmu atau ketika
kamu terbangun setelah mimpi buruk, cobalah untuk mengucapkan kata kata ini
“Baku, devour this dream!”, maka Baku akan datang, memakan mimpi burukmu dan
meninggalkan anda setelah anda tertidur pulas. Karena hal tsb, Baku adalah
salah satu siluman yang lebih baik anda ketahui keberadaannya.
Dijepang, biasaanya para
orangtua akan menceritakan tentang keberadaan dan kedatangan baku kepada anak
anak mereka sebelum anak2 tidur. Wujud dan penampilan baku yaitu memiliki
kepala seperti singa, badannya seperti kuda, kakinya seperti macan dan ekornya
seperti sapi.Walaupun ada literature lain yang menyebutkan wujud lain dari Baku
tetapi yang pasti, wujud Baku adalah paduan dari beberapa macam binatang.[32]
V.
Ritual
Keagamaan
Mengenai
tata cara sembahyang atau doa dalam kuil Shinto sangat sederhana yaitu
melemparakan sekeping uang logam sebagai sumbangan di depan altar, mencakupkan
kedua tangan di dada dan selesai. Jadi semua proses berdoa yang dilakukan
dengan berdiri ini tidak lebih dari sepuluh detik. Doa dilakukan tidak mengenal
hari atau jam khusus jadi bebas dilakukan kapan saja.
Sedikit catatan, bisa saya sebutkan bahwa
tata cara doa di kuil Shinto dengan kuil Buddha sangatlah mirip. Yang sedikit
berbeda adalah di kuil Buddha tangan dicakupkan ke depan dada dengan pelan,
hening dan tanpa suara, sedangkan kuil Shinto adalah sebaliknya yaitu
mencakupkan tangan dengan keras sehingga menghasilkan suara sebanyak dua kali
(mirip tepuk tangan).
Walaupun aturan tata cara berdoa ini bisa
disebut baku namun sama sekali tidaklah bersifat mengikat. Berdoa tepat di
depan altara utama, dari halaman kuil, dari luar pintu gerbang, dilakukan tidak
dengan mencakupkan tangan namun membungkukan badan atau bahkan tidak berdoa
sama sekali bukanlah masalah sama sekali.
Agama Shinto ada beberapa proses ritual atau
ibadah ynag bertujuan untuk mensucikan diri mereka, Agama Shinto sangat
mementingkan ritus-ritus dan memberikan nilai sangat tinggi terhadap ritus yang
sangat mistis. Menurut agama Shinto watak manusia pada dasarnya adalah baik dan
bersih. Adapun jelek dan kotor adalah pertumbuhan kedua, dan merupakan keadaan
negatif yang harus dihilangkan melalui upacara pensucian (Harae).
Karena itu agama Shinto sering dikatakan
sebagai agama yang dimulai dengan dengan pensucian dan diakhiri dengan
pensucian. Upacara pensucian (Harae) senantiasa dilakukan mendahului
pelaksanaan upacara-upacara yang lain dalam agama Shinto.
Ritus-ritus yang dilakukan dalam agama
Shinto terutama adalah untuk memuja dewi Matahari (Ameterasu Omikami) yang
dikaitkan dengan kemakmuran dan kesejahteraan serta kemajuan dalam bidang
pertanian (beras), yang dilakukan rakyat Jepang pada Bulan Juli dan Agustus di
atas gunung Fujiyama.
VI.
Festival
(Matsuri)
Matsuri
dalam bentuk pembacaan doa masih tersisa
seperti dalam bentuk Kigansai[33] dan
Jichinsai[34].
Pembacaan doa yang dilakukan pendeta Shinto untuk individu atau kelompok
orang di tempat yang tidak terlihat orang lain merupakan bentuk awal dari
matsuri. Pada saat ini, Ise Jingū
merupakan salah satu contoh kuil agama
Shinto yang masih menyelenggarakan matsuri dalam bentuk pembacaan doa yang
eksklusif bagi kalangan terbatas dan peserta umum tidak dibolehkan ikut serta.
Sesuai dengan perkembangan zaman, tujuan
penyelenggaraan matsuri sering melenceng jauh dari maksud matsuri yang
sebenarnya. Penyelenggaraan matsuri sering menjadi satu-satunya tujuan
dilangsungkannya matsuri, sedangkan matsuri hanya tinggal sebagai wacana dan
tanpa makna religius.
Kebanyakan festival dilaksanakan pada musim
panas sekitar bulan July dan Agustus dan jatuh pada hari minggu sesuai dengan
kalender masehi. Bulan ini juga merupakan bulan liburan anak sekolah, jadi
festival dipastikan akan dipenuhi oleh para remaja dan anak anak.
Adalah
tradisi yang berasal dari sekitar 1.100 tahun yang lalu. Pada tahun 869
konon terjadi wabah penyakit menular yang mengganas di seluruh Jepang, sehingga
perlu diadakan upacara yang disebut Goryō-e untuk menenangkan arwah
orang yang meninggal karena wabah penyakit menular. Pendeta Shintō bernama
Urabe Hiramaro membuat 66 pedang dengan mata di dua sisi (hoko) untuk
persembahan kepada penjaga dari penyakit menular yang disebut dewa Gozutennō.
Jumlah Hoko yang dibuat sesuai dengan jumlah negara-negara kecil (kuni)
yang terdapat di Jepang pada saat itu.
Upacara
ini kemudian dikenal sebagai Gion Goryō-e, yang kemudian penyebutannya
disingkat menjadi Gion-e. Sejak tahun 970
upacara terus diselenggarakan setiap tahun hingga menjadi Gion Matsuri seperti
sekarang ini. Prosesi Yamaboko seperti yang dikenal sekarang ini konon berasal
dari tahun-tahun akhir zaman Heian.
Gion Matsuri sempat tidak diselenggarakan sewaktu Perang Onin,
akibat kebakaran besar di era Hōei,
era Temmei
dan era Genji,
serta serangan udara pada Perang Dunia II.
Gion Matsuri kemudian dihidupkan kembali oleh warga kota yang merupakan
pengusaha yang berpengaruh (machishū).
Berbeda
dengan Gion Matsuri yang dikenal sekarang ini, prosesi Yamaboko (Yama[35]
dan Hoko[36])
yang menjadi puncak perayaan Gion Matsuri pada tahun 1966
dilakukan dalam dua tahap:
· Zensai
(prosesi Yama dan Hoko pada tanggal 17 Juli)
· Ato Matsuri
(prosesi Yama saja pada tanggal 24 Juli).
Perayaan
Tenjinmatsuri dimulai pada tanggal 1 Juni
tahun 951.
Pada saat itu, perayaan dibuka dengan ritual menghanyutkan kamihoko
(pedang dengan mata di kedua sisi) di sungai Ōkawa. Lokasi perayaan ditentukan
berdasarkan tempat tersangkutnya kamihoko[37]
yang dihanyutkan air sungai..[38]
Dalam sepanjang sejarah agama Shinto,
matsuri merupakan hal yang amat penting. Kehidupan yang soleh dan taat adalah
Matsuri dan hiddup itu sendiri sama dengan matsuri. Upacara-upacara keagamaan
juga disebut matsuri. Oleh karena didalam pemikiran bangsa jepang lama
kehidupan politik harus mengikuti keinginan para dewa, maka tidak ada
pemerintahan tanpa matsuri. Dari sini timbul konsep Saise-itchi yaitu konsep
kesatuan antara agama dan Negara ; dan matsuri-goto, yang berarti pemerintahan.
Sebagai
suatu festival keagamaan, dunia matsuri sangat banyak, yang secara garis besar
dapat dibedakan menjadi 4 macam :
·
Reisai –.
festial tahunan yang diselenggarakan pada bulan-bulan tertentu
·
Shinko-shiki – festival arak-arakan
dewa, yaitu untuk memuja dewa tertentu agar memperoleh keselamatan dari
berbagai macam penyakit.[41]
Festival
dan Matsuri yang lain
1.
Festival Salju Sapporo
(Sapporo, Prefektur Hokkaido, bulan Februari)
2.
Festival Salju Iwate
(Koiwai Farm, Shizukuishi, Prefektur Iwate, bulan Februari)
3.
Yosakoi Sōran Matsuri
(Sapporo, Hokkaido, bulan Juni)
4.
Niigata Odori Matsuri
(Niigata, Prefektur Niigata, pertengahan bulan September)
5.
Odawara Hōjō Godai
Matsuri (kota Odawara, Prefektur Kanagawa)
6.
Yosakoi Matsuri (kota
Kochi, Prefektur Kochi, 9-12 Agustus)
7.
Hakata dontaku (3-4
April, kota Fukuoka)
8.
Hamamatsu Matsuri (3-5
Mei, kota Hamamatsu, Prefektur Shizuoka)
9.
Wasshoi Hyakuman Natsu
Matsuri (kota Kita Kyūshū, Prefektur Fukuoka, hari Sabtu minggu pertama bulan
Agustus)[42]
Pada penyelenggaraan matsuri hampir selalu
bisa ditemui prosesi atau arak-arakan Mikoshi,
Dashi (Danjiri) dan Yatai yang semuanya merupakan nama-nama
kendaraan berisi Kami atau objek pemujaan. Pada matsuri juga bisa dijumpai :
·
Chigo (anak kecil dalam
prosesi)
·
Miko (anak gadis
pelaksana ritual)
·
Tekomai (laki-laki
berpakaian wanita)
·
Hayashi (musik khas
matsuri)
·
Penari
·
Peserta dan penonton
yang berdandan dan berpakaian bagus
·
Pasar kaget beraneka
macam makanan dan permainan.
Kesucian dan kebersihan, adalah suatu hal
yang sangat penting. Atas pengaruh ajaran kebersihan atau kesucian ini, maka
soal mandi termasuk perbuatan agama, sehingga dijadikan salah satu upacara
keagamaan.[43]
Kehidupan
manusia sejak lahir hingga meninggal dunia dibagi menjadi beberapa tingkatan.
Perpindahan dari satu tempat ke tempat lainnya dianggap sebagai masa peralihan
yang mengandung bahaya tertentu. Oleh
sebab itu, perpindahan tersebut biasanya diikuti oleh upacara-upacara. Yang
terpenting diantaranya ialah :
1.
Upacara Masa
Kanak-Kanak
2.
Upacara Usia Dewasa
3.
Upacara Perkawinan
4.
Upacara Usia Lanjut
5.
Upacara Kematian
E. KITAB SUCI AGAMA SHINTO
Dalam agama Shinto ada
dua kitab suci yang tertua, tetapi di susun sepuluh abad sepeninggal jimmi
temmo (660 SM), kaisar jepang yang pertama. Dan dua buah lagi di susun pada
masa yang lebih belakangan, keempat empat kitab tiu adalah sebagi berikut :
A.
Kojiki
- yang bermakna : catatan peristiwa purbakala. Disusun pada tahun 712 masehi,
sesudah kekaisaran jepang berkedudukan di nara, yang ibukota nara itu di bangun
pada tahun 710 masehi menuruti model ibukota changan di tiongkok.
B.
Nihonji
- yang bermakna : riwayat jepang. Di
susun pada tahun 720 masehi oleh penulis yang sama degan di Bantu oelh seorang
pangeran di istana.
C.
Yeghisiki
- yang bermakna : berbagai lembaga pada
masa yengi, kitab ini disusun pada abad kesepuluh masehi terdiri atas 50 bab.
Sepuluh bab yang pertama berisikan ulasan kisah kisah yang bersifat kultus,
disusuli dengan peristiwa selanjutnya sampai abad kesepuluh masehi, tetapi inti
isinya adalah 25 norito yakni do’a do’a pujaan yang sangat panjang pada
berbagai upacara keagamaan.
D.
Manyosiu
- yang bermakan : himpunan sepuluh ribu
daun, berisikan bunga rampai, yang terdiri atas 4496 buah sajak, disusun antara
abad kelima dengan abad kedelapan masehi.
Kitab pertama itu menguraikan tentang
alam kayangan tempat kehidupan para dewa dan dewi sampai kepada amaterasu omi
kami (dewi matahari ) dan tsukiyomi (dewa bulan ) diangkat menguasai langit dan
puteranya jimmu tenno diangkat menguasai “tanah yang subur ”(jepang) di bumi,
lalu di susuli silsilah keturunan akisar jepang itu beserta riwayat hidup satu
persatunya selanjutnya upacara upacara keagamaan yang dilakukan dalam masa yang
panjang itu berkenaan dengan pemujaan terhadap kaisar beserta para dewa dan
dewi.
Menurut cerita dari kitab kojiki dan
nihongi, mula mula bumi dan langit serta seisinya dijadikan oleh para dewa
(kami), dua diantara dewa dewa itu turun dari langit akan menjadikan bumi
jepang, dua dewa tersebut adalah isanaga no kami (laki laki) dan isonami no
kami (perempuan), dua dewa ini kemudian menurunkan beberapa dewa termasuk uga
dewa matahari ynag bernama amaterasu omi kami.
Dewa langit ini kemudian mengirim
seorang dewa kebumi bernama: ninigi no mikoto yang kemudian bercucu: jimmi
tenno, raja jepang yang pertama kali, itulah sebabnya maka nama resmi raja
jepang adalah tenno yang artinya “raja langit” , jimmi tenno naik tahta kerjaan
pada tahun 660 sebelum masehi, dan dia itulah yang menurunkan raja raja jepang
sampai sekarang ini. Hal ini dikarenakan penganut agama Shinto pada umunya
percaya bahwa temmo raja jepang itu adalah keturunan dewa surya, amaterasu omi
kami, maka para penganut agama Shinto percaya dan patuh pada temmo, memuja alam
dan roh, begitu pula bendera kebangsaan jepang berbentuk tanda matahari untuk
menunjukan bahwa negaranya tercipta dari matahari tempat kediaman amaterasu omi
kami (dewi matahari). Sekalian kitab suci itu berisikan kisah kisah legendaris,
nyanyian nyanyian kepahlawanan besrta sajak sajak tentang asal usul kedewaan, asal
usul kepulauan jepang dan kerajaan jepang.[44]
F.
TEMPAT SUCI AGAMA
SHINTO
Kuil
Shinto (神社
jinja) adalah struktur permanen dari kayu yang dibangun untuk pemujaan
berdasarkan kepercayaan Shinto. Tidak semua kuil Shinto adalah bangunan
permanen, sejumlah kuil memiliki jadwal pembangunan kembali. Bangunan di Ise
Jingū misalnya, dibangun kembali setiap 20 tahun.
Pada
zaman kuno, walaupun tidak didirikan bangunan, tempat-tempat pemujaan Shinto
tetap disebut jinja (kuil Shinto). Pada masa itu, kekuatan alam yang ditakuti
seperti gunung (gunung berapi), air terjun, batu karang, dan hutan merupakan
objek pemujaan. Kuil Shinto berbentuk bangunan seperti dikenal sekarang,
diperkirakan berasal dari bangunan pemujaan yang dibuat permanen setelah
didiami para Kami yang pindah dari goshintai (objek pemujaan). Kuil Shinto
tidak memiliki aula untuk beribadat, dan bukan tempat untuk mendengarkan
ceramah atau menyebarluaskan agama. Pada zaman sekarang, kuil Shinto dipakai
untuk upacara pernikahan tradisional Jepang.
a)
Asal Usul Kuil Shinto
Kuil Shinto bermula
dari altar (himorogi) yang dibangun sementara untuk keperluan pemujaan di
iwakura[45]
atau tempat tinggal para Kami yang dijadikan tempat terlarang dimasuki manusia,
pada umumnya shintaisan[46].
Bangunan bersifat permanen mulanya tidak ada. Asal usulnya mungkin seperti
utaki di Okinawa.
Sejak zaman kuno hingga sekarang, kuil
Shinto sering tidak memiliki honden. Ada pula kuil yang hanya membangun haiden
di depan iwakura atau gunung/pulau yang terlarang dimasuki manusia (misalnya:
Kuil Ōmiwa, Kuil Isonokami, Munakata Taisha). Sebagian dari kuil Shinto sama
sekali tidak memiliki bangunan, misalnya Kuil Hirō di Kumano Nachi Taisha.
Setelah dibuatkan bangunan permanen, para Kami sehari-harinya dipercaya selalu
ada di dalam kuil Shinto. Bangunan permanen dalam kuil Shinto juga diperkirakan
sebagai hasil pengaruh agama Buddha yang selalu memiliki bangunan untuk
menyimpan patung Buddha.
Berdasarkan alasan yang tidak diketahui,
penganut Shinto kuno mendirikan bangunan di tempat yang berdekatan dengan goshintai
yang sudah dipuja sebelumnya secara turun temurun. Bangunan Kuil Koshikiiwa
misalnya, dibangun berdekatan dengan iwakura. Ketika dirasakan perlu
untuk mendirikan bangunan kuil, misalnya ketika mendirikan desa, penduduk
memilih tempat yang dianggap suci sebagai tempat pemujaan ujigami atau bunrei.
Berdasarkan alasan pendirian bangunan, kuil Shinto dibagi menjadi tiga jenis:
· Bangunan
kuil yang didirikan berdasarkan alasan sejarah[47]
· Bangunan
kuil yang didirikan di tempat yang telah disucikan
· Bangunan
kuil yang didirikan di tempat yang mudah dicapai orang.[48]
b)
Pendeta (guji) Dalam
Agama Shinto
Pendeta
Shinto disebut kannushi (shinshoku). Istilah kannushi sudah dikenal sejak zaman
kuno untuk orang yang menjalankan ritual di kuil. Di antara tugas utama
kannushi termasuk mengelola kuil dan melaksanakan berbagai upacara, namun tidak
memberi ceramah dan tidak menyebarluaskan agama. Kepala pendeta disebut gūji,
tugasnya memimpin upacara, mengelola manajemen keuangan kuil, dan bertanggung
jawab atas keseluruhan urusan kuil. Miko[49]
adalah sebutan untuk wanita asisten kannushi dalam melaksanakan upacara atau
pekerjaan administrasi kuil..[50]
G. SEKTE-SEKTE AGAMA
SHINTO
Secara
umum Shinto bisa dikelompokkan menjadi 4 bagian atau kelompok. Yang masing
masing mempunyai keunikannya tersendiri.
ü Imperial Shinto (Kyuchu
Shinto atau Koshitsu Shinto).
Shinto
kelompok ini sangat eksklusif dan tidak umum ditemukan. Memiliki beberapa kuil
saja yang kalau tidak salah 5 buah di seluruh negeri. Nama kuil ini biasanya
berakhir dengan nama Jingu, misalnya Heinan Jingu, Meiji Jingu, Ise Jingu dll.
Kuil Shinto kelompok ini selain berfungsi sebagai tempat untuk memuja Kami juga
berfungsi sebagai tempat memuja leluhur khususnya keluarga kerajaan. Salah satu
dari kuil ini dibangun khusus untuk menghormati dewa Matahari.
ü Folk Shinto (Minzoku
Shinto)
Mithyologi
tentang Kojiki, cerita terbentuknya pulau Jepang dan cerita tentang dewa dewa
lain adalah ciri khas dari Shinto kelompok ini. Jadi Folk Shinto adalah
kepercayaan Shinto yang meliputi cerita tua, legenda, hikayat dan cerita
sejarah. Kuil Kibitsu Jinja yang terletak di daerah Okayama, Jepang tengah
adalah salah satu contoh menarik karena dibangun untuk menghormati tokoh utama
dalam cerita rakyat yaitu Momo Taro.
Disamping
itu Shinto kelompok ini juga mendapat pengaruh yang kuat dari agama Buddha,
Konghucu, Tao dan ajaran penduduk local seperti Shamanism, praktek penyembuhan
dan lain-lain. Kuil kelompok ini biasanya mudah dibedakan dengan kuil lainya
karena adanya sejarah pendirian kuil yang unik. Jadi jangan kaget kalau Anda
menemukan kuil yang penuh dengan ornament dan pernak pernik kucing atau
binatang dan benda lainya karena sejarah pendiriannya yang memang berkaitan
dengan binatang tersebut.
ü Sect Shinto (Kyoha atau
Shuha Shinto)
Shinto
kelompok ini mulai muncul pada abad ke 19 dan sampai saat ini memiliki kurang
lebih 13 sekte. Dua diantara sekte ini yang cukup banyak pengikutnya adalah
Tenrikyo atau Kenkokyo. Keberadaan dari Sect Shinto ini cukup unik karena
memiliki ajaran, doktrin, pemimpin atau pendiri yang dianggap sebagai nabi dan
yang terpenting biasanya menggolongkan diri dengan tegas sebagai penganut
monotheisme. Shinto golongan ini sepertinya jarang dibahas ataupun kurang
dikenal oleh kebanyakan orang.sehingga konsep monotheisme dari shinto aliran
baru nyaris luput dari tulisan kebanyakan orang.
ü Shrine Shinto (Jinja
Shinto)
Dari
semua kelompok kuil Shinto yang ada, kelompok inilah yang sepertinya paling
mudah untuk ditemukan. Diperkirakan saat ini ada sekitar 80 ribuan kuil yang
ada di seluruh negeri dan semuanya tergabung dalam satu organisasi besar yaitu
Association of Shinto Shrines.
H. PENGARUH FILSAFAT
SHINTOISME TERHADAP NEGARA
·
Shintoisme
dan Negara
Agama shinto
mengajarkan penganutnya untuk memuja dan berbakti kepada Raja maka Raja pun
berusaha untuk melindunginya , sehingga apada tahun 1396 agama Shinto di
tetapkan sebagai agama Negara yang pada saat itu agama Shinto mempunyai 10
sekte dan 21 juta pemeluknya. Sejak saat itu dapat dikatakan bahwa paham
Shintoisme merupakan ajaran yang mengandung politik religius bagi Jepang, sebab
saat itu taat kepada ajaran Shinto berarti taat kepada kaisar dan berarti pula
berbakti kepada negara dan politik Negara.
kemudian agama Shinto bercampur dengan agama
budha demikian pula dengan agama konghucu yang masuk ke Jepang langsung dari
tanah asalnya kira kira pada abad pertengahan ke 7, Tentang pengaruh agama
Buddha yang lain nampak pada hal-hal seperti anggapan bahwa dewa-dewa Shintoisme
merupakan Awatara Buddha[51],
Dainichi
Nyorai[52]
merupakan figur yang disamakan dengan Waicana[53],
hal im berlangsung sampai abad ke 17 masehi. Ahirnya ketiga agama itu
bergandengan bersama sampai sekarang.
Sampai saat ini Shinto masih memiliki pengaruh
dalam pemikiran Jepang dan memiliki peranan penting dalam menjaga keaslian
tradisi Jepang dari pengaruh asing. Shinto sudah seperti tradisi bagi
masyarakat Jepang yang berkembang menjadi sebuah agama. Walaupun perkembangan
teknologi sangat maju dan percepatan modernisasi yang amat pesat di Jepang,
namun nilai-nilai Shinto tidak pernah pudar. Bahkan dapat dikatakan bahwa tidak
ada negara lain di dunia ini yang memiliki sistem kepercayaan primitif sekuat
Jepang.
Di zaman modern ini Shinto berpengaruh pada
perlunya kerjasama dan kolaborasi, dapat dilihat di seluruh kebudayaan Jepang
bahkan hari ini. Dengan demikian, di perusahaan-perusahaan Jepang yang modern
tidak ada tindakan yang diambil sebelum konsensus tersebut tercapai (bahkan
jika hanya secara dangkal) di antara semua pihak untuk mengambil keputusan.
·
Shintoisme
dan Ekonomi
Dari uraian
sebelumnya tampaklah bahwa agama Shinto
merupakan sistem kepercayaan dan peribadatan yang benar-benar hidup di kalangan
rakyat Jepang dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan mereka
seperti yang terlihat dalam kegiatan-kegiatan keluarga, rukun tetangga dan
hari-hari libur nasional Jepang. Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap
kepercayaan tradisional Jepang dan tempat agama rakyat, dalam kehidupan
masyarakat Jepang modern yang termuat dalam laporan hasil penelitian yang diberi
judul Nihonjin-no-kokuminsei[54],
maka pemujaan terhadap arwah nenek moyang menempati kedudukan utama dalam
kehidupan masyarakat Jepang.
Jepang merupakan
negara yang cerdas dalam memadukan antara modern dengan tradisional secara harmonis.
Ini dapat dilihat dari sikap negara ini yang tidak hanya mengutamakan kemajuan
teknologi, namun juga mengutamakan keunikan budaya yang tak akan tenggelam di
tengah arus modernisasi. Budaya Jepang dalam banyak hal berlandaskan pada
semangat Confuciansime dan Shintoisme yang menjadi corak kehidupan sosial dan
etos bisnis.
Setelah menelan
kekalahan dalam Perang Dunia II pada abad ke-20, Jepang mulai mengadopsi
teknologi barat dan menggenjot industry dalam negerinya. Sejak saat itu, Jepang
mengalami pertumbuhan ekonomi yang cepat dan menjadi salah satu negara
pengekspor paling sukses di dunia. Selian itu kini Jepang merupakan negara
industry yang terkemuka dengan iklim bisnis dan pasar terbuka yang ramah
investasi dan perdagangan asing. Meskipun Jepang mengalami proses modernisasi
yang sangat cepat, namun itu tidak membuat kebudayaan tradisionalnya memudar
sebab pola pola budaya dan tradisinya masing sangat kental mewarnai praktek dan
hubungan bisnis.
·
Konsep
Shingaku
Shingaku
merupakan sebuah gerakan yang dikemukakan oleh sesorang yang bernama Ishda
Bagian (1685-1744). Ia memberikan ceramah umumnya pertama kali pada tahun 1729.
Gerakan ini menarik banyak orang dari kelas perkotaan, ribuan dari mereka
memadati tempat-tempat ceramahnya selama lebih dari seratus tahun, walaupun
pengaruhnya juga mencapai kalangan samurai dan petani. Banyak cendekiawan
Jepang menganggapnya sebagai salah satu gerakan yang mempunyai pengaruh
terbesar pada moralitas rakyat awam pada era Tokugawa.
Dalam
usahanya mencari sebuah prinsip dasar, Ishida percaya bahwa langkah pertama dan
terakhir dalam proses pembelajaran adalah untuk memahami hati manusia dan
dengan demikian mendapatkan informasi tentang sifat manusia. Menurut Ishida,
kita harus memanfaatkan kapasitas diri baik
spiritual maupun mental untuk mengatasi keinginan. Hanya ketika pikiran seseorang sedang kosong dan
bebas dari hasrat manusia maka ia akan mampu
mengatasi ego dan keinginannya akan dan memungkinkan seseorang untuk
melaksanakan tugas seseorang dalam kehidupan. Selain itu ajarannya agar mengembangkan semangat pengorbanan diri
terhadap penguasa , dan berbakti kepada orang tua.
Ia menilai semua
ajaran-ajaran ini sebagai "metode mengosongkan pikiran" (kokoro wo
migaku togikusa, sebagaimana dicatat dalam bukunya Tohi mondo),
sehingga melihat pikiran manusia (kokoro) sebagai aktor sentral. Dia
juga mempromosikan "cara berdagang" dan praktek sehari-hari cita-cita
luhur seperti kejujuran dan berhemat. Sehingga secara tidak langsung
mengajarkan bangsa Jepang untuk jujur dalam berdagang.[55]
I.
PERJUMPAAN
SHINTO DENGAN AGAMA LAIN
Tidak dapat dipunkiri
keberadaan Shinto di Jepang bukanlah satu-satunya keprcayaan atau agama yang
dianut oleh masyarakat jepang. Bahkan hingga kini, hampir semua agama dunia
(Islam, Kristen, Buddha) sudah bisa kita jumpai di Jepang.
· Perjumpaan dengan
Buddha
Agama
Budha masuk ke Jepang dari India melalu perantara Cina. Pada tahun 552 M salah
seorang raja di Cina mengirim seorang Biksu muda ke Jepang untuk menyebarkan
agama Budha. Masuknya ajaran Budha ini pada zaman Yamato. Di mana saat itu kuil
Budha pertama dibangun yang hingga kini msih dapat dijumpai di perfektur Nara.
Saat itu pengaruh Shinto juga sedang kuatnya di kalangan masyarakat. Namun hal
tersebut tidak menjadi pemecah masyarakat Jepang. Demokrasi telah tertanam
dalam diri masyarakat Jepang saat itu. Jadilah agama Shinto dan Budha tetap
berjalan beriringan meski berbeda pemahaman.[56]
Bisa
dikatakan bahwa masyarakat Jepang menyatukan kepercayaan Shinto dan Budha
(disebut Shinbutsu shugo à shin = Shinto, butsu = budha, shugo = penyatuan).
Maksudnya,
ada dualisme pada orang Jepang dimana dewa Budha disamakan dengan dewa Shinto
(Honji suijyaku). Selain itu, dualisme ini ditunjukkan dengan kepercayaan
Jepang kepada keduanya, yaitu Shinto sebagai kehidupan dunia, dan Budha sebagai
kehidupan akhirat. Dengan kata lain, dualisme ini menunjukkan pragmatisme
masyarakat Jepang dalam memandang agama, bukan secara doktrinal. Dalam Shinto
tidak ada kitab suci, hanya ada babad mitologi saja sehingga Shinto bukanlah
termasuk ”agama”.[57]
Hubungan Ajaran Zen-Buddhisme
dengan Budaya Jepang (Shinto)
Sebagaimana telah dibahas di atas, ajaran
Zen-Buddhisme mengajarkan keselarasan antara manusia dan alam. Ajaran
Zen-Buddhisme jepang menguat pada abad ke 13 – 14 M. kuil Zen-Buddhisme
memainkan peranan penting dalam melindungi seni Jepang, di samping sebagai
penyokong olahraga gulat, anggar, dan memanah untuk pasukan pelindung mereka,
kuil Zen-Buddhisme juga sebagai penganjur terhadap seni sajak (puisi), lukisan,
kaligrafi, dan seni merangkai bunga (ikebana). Kuil
Zen-Buddhisme juga memberikan perhatian khusus terhadap seni membuat taman.
Banyak taman-taman terkenal Jepang yang yang menggunakan metode yang diajarkan
oleh kuil Zen-Buddhisme, seperti meletakkan posisi batu-batuan dalam unsure
taman, kolam, dan menempatkan lumut agar nampak alami, dan ini semua merupakan
kreasi dari ajaran Zen_Buddhisme.
Di samping seni menata taman, Ajaran
Zen_Buddhisme juga mempengaruhi budaya jepang dalam bentuk antara lain[58]:
ü Manusia Dan Alam dalam Sajak
Sajak tujuh belas suku
kata dalam istilah jepang disebut sebagai haiku. Dalam perkembangan sejarah
puisi dijepang, bentuk-bentuk puisi lain pernah muncul dan berkembang, namun
dengan cepat lenyap. Dalam manyosmu, antologi tertua di jepang di himpun
sajak-sajak mulai dari abad ke delapan. Di antaranya berisi 324 sajak panjang atau naga-uta
dan 400 sajak pendek atau tanka. Bentuk sajak nagauta bias mencapai 150 baris,
berbeda dengan bentuk sajak tanka yang terdiri dari 5 baris. Contoh sajak
Tennyson seperti dikutip oleh Suzuki berikut ini:
Kuntum bunga yang mekar di dinding
Kupetik dirimu
dari celah-celah tembok itu
Kugenggam
engkau, dari akarmu dan selurhnya ada di genggamanku.
Akar dan seluruh
tubuhmu, dan semua dari seluruh hidupmu
Aku tahu siapa
tuhan dan siapa manusia.
Bunga sebagai
perwujudan dari alam pandang oleh zen tak tersentuh.
Basho memandang
bunga nazuna dan menikmati keindahan yang ada pada bunga.
Bunga dalam zen
di anggab mewujudkan keindahan yang
menyimpan amanat alam, yaitu kesejatian sifat alam itu sendiri. Gambaran ini
disebut sebagai sybumi. Baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kesenian
orang jepang
(Hartiyo,
1991:180).
Hal serupa dilakukan oleh Basho yang menjelmakan dalam puisinya tentang
bunga nazuna.
ü Seni Minum Teh
Istilah jepang untuk
minum the adalah cha-no-yu dan secara termonologi berarti minum teh yang di
campur air panas. “Suasana perlunya minum the di gambarkan dengan, ketika hidup
dirasakan kosong, dengan menghargai masa lalu, mengharap pada masa depan, maka tak
aka nada saat bagi selalu sesuatu untuk terjadi.” Seseorang memandang keluasan
yang tak terbatas dalam hidup. Keluasan ini dihadirkan dihadirkan dalam bentuk
minum teh. (watts, 1976:208).
Para penganut Zen percaya bahwa
ketenangan dalam pelaksanaan ritual, kebeningan, sedikit rasa pahit teh di
anggab rasa yang menyenangkan, rasa alami, dan jalan tengah antara manis dan
asam. Pada rahib Zen
sering menggunakan teh sebagai perasangka pada saat melakukan meditasi.
Meminumya dengan penuh rasa nikmat, tanpa terburu-buru. (watts, 1976:210).
Dalam sebuah ritual yang dilakukan oleh penganut Zen ditemukan pada teh
ceremony. Upacara minum teh dilakukan ditempat khusus, disuatu bangunan
disebelah bangunan utama yang terletak dihalaman. Dahulu upacara ini dilakukan
dalam suatu kelompok kecil. Biasanya dilakukan seorang lelaki samurai yang
mencintai seorang perempuan. Janji seorang samurai, permintaan seorang samurai
disampaikan dalam upacara sederhana dianggap sacral. Pada saat modern ini
pacara sederhana yang dianggab sacral.
Pada saat modern ini upacara minum teh kebanyakan dilakukan sebagai
penghormatan terhadap teradisi. Disamping itu
dikalangan orang-orng tertentu, dilakukan oleh orang-orang dikalangan bisnis yang
lelah dan pusing dengan persoalan-persoalan duniawi.(watts, 1976:210).
Pada upacara
minum teh dilakukan sangat tenang dan ritualistic. Didalam seni minum teh
terdapat faidah dan manfaat antara lain menjaga kesehatan tubuh dan
memperpanjang usia dan sebagai kesehatan tubuh. Minum teh merupakan salah satu
obat teradisional yang dipercaya oleh orang cina dan jepang sangat manjur.
ü Seni
Lukis
Salah satu gaya seni
lukis Zen diekspresikan dalam sumi-e. sejarah seni lukis ini bermula di china
dan mencapai kesempurnaanya di zaman dinasti T’ang.Keunikan seni yang bercorak
zen sering dianggab aneh. Misalnya, Ketika seni gerak muncul bukan sebagai
tari, tetapi gerak adalah gerak-gerak alam mengikuti suara alam.
Sebenarnya,
secara umum ajaran Shinto banyak mempengaruhi pola hidup orang Jepang, seperti
mengadakan upacara-upacara tradisional, berbeda dengan ajaran Zen_Buddhisme
yang banyak mempengaruhi di sisi seni dan keterampilan, bukan pada aspek
perayaan-perayaan. Setelah
agama Budha masuk ke jepang pada abad ke VI. Maka mendesaklah unsur-unsur agama
budha tersebut kepada agama Shinto. Lama kelamaan terjadilah percampuran antara
kedua unsure agama tersebut, yang kemudian aliran ini dinamakan Ryobu Shinto.
Mengenai pembuatan paung-patung
dewa hampi tidak dikenal di negri jepang, kecuali hanya beberapa saja seperti:
Uzuma=dewa bahagia, Inari=dewa padi, Ebisu=dewa nelayan.[59]
· Perjumpaan dengan Islam
Nakata
(2006) menjelaskan bahwa tidak ada kontak langsung Jepang dengan Islam hingga
masa Restorasi Meiji (1867).[60]
Sebelum
tahun 1900, hanya ada dua negara di Asia yang menikmati kemerdekaan penuh,
yaitu Kekaisaran Ottoman di Turki dan Kekaisaran Jepang. Karena keduanya berada
di bawah tekanan negara-negara Barat, mereka memutuskan untuk membangun
hubungan persahabatan dan mulai bertukar kunjungan.
Sultan
Abdul Hamid II, yang memerintah Turki di era 1876-1909, mengutus laksamana
Uthman Pasha untuk melakukan kunjungan resmi ke Jepang pada tahun 1890. Setelah
Uthman Pasha selesai mengadakan pertemuan dengan Kaisar Jepang, dia dan enam
ratus anak buahnya bersiap untuk pulang, meskipun saat itu cuaca sedang tidak
bersahabat. Belum jauh kapal Al Togrul berlayar, badai besar menghantamnya
sehingga menyebabkan lebih dari 550 awak kapal meninggal termasuk sang kapten.
Layaknya
sahabat yang baik, pihak Jepang lalu mengirim dua kapal untuk membawa para
korban yang selamat untuk pulang ke Istanbul. Seorang wartawan muda Jepang yang
bernama Shotaro Noda[61]
juga ikut dalam perjalanan itu. Dia adalah orang yang telah mengumpulkan uang
sumbangan dari warga Jepang untuk diberikan kepada keluarga korban yang
meninggal.
Setelah
sampai di Istanbul dan menyerahkan uang sumbangan, Shotaro sempat bertemu
langsung dengan Sultan Abdul Hamid yang kemudian memintanya untuk tinggal di
Istanbul dan mengajarkan bahasa Jepang ke para pejabatnya. Tanpa berpikir
panjang, Shotaro pun setuju. Selama tinggal di Istanbul, dia berkenalan dengan
Abdullah Guillaume, seorang muslim yang berasal dari Liverpool, Inggris.
Dia-lah orang yang memperkenalkan Shotaro kepada Islam.
Akhirnya
Shotaro-pun memeluk agama Islam dan memilih untuk diberi nama Abdul Halim
Noda[62] yang
diyakini dunia sebagai orang Jepang pertama yang beragama Islam.[63]
Selain itu persentuhan masyarakat Jepang dengan Islam diawalai dengan
penerjemahan buku aktivitas nabi Muhammad SAW ke dalam bahasa Jepang. Hubungan
lebih lanjut terjalin ketika pemerintah Jepang menjalin aliansi perdagangan
bersama pemerintah Turki. Lewat asosiasi ini, terjalin lebih erat kontak antara
dua peradaban.[64]
·
Perjumpaan
dengan Kristen
Agama Kristen masuk pertama kali dibawa
masuk ke Jepang oleh St. Franciscus Xaverius yang tiba di Nagasaki, Kyushu,
pada tahun 1950. Pada masa itu Jepang dipimpin oleh shogun. Dari para shogun
yang berkuasa, ada tiga shogun yang berpengaruh, yaitu Oda Nobunaga,Toyotomi
Hideyoshi, dan Tokugawa Ieyasu.
Pada masa Nobunaga, terjalin hubungan
yang erat dengan misionaris Kristen pada masa itu dan memberi kebebasan dalam
menyebarkan agama, bahkan mendapat perlindungan penuh dari pemerintah, terutama
di Kyoto. Perkembangan agama Kristen pada saat itu cukup pesat, namun ada unsur
politik dalam kebijakan tersebut, yaitu untuk meredam pemberontakan yang banyak
muncul oleh pendeta Buddha dari sekte Tendai. Kepentingan yang lain yaitu untuk
kepentingan dagang juga untuk mendapatkan senjata, mesiu, meriam, dan
lain-lain.
Hideyoshi juga memberikan kebebasan
menyebarkan agama kepada para misionaris, tetapi orang asing yang berada di
Jepang—khususnya para misionaris—semakin banyak, sehingga pemerintah Jepang
mengeluarkan sebuah peringatan yang dikenal dengan nama “Bateren Tsuiho Rei”
(The Purge Directive Order) atau perintah pendeportasian dan pembatasan
aktivitas para misionaris di beberapa daerah.
Pemerintah Jepang makin meningkatkan
kewaspadaan terhadap orang asing, terutama para misionaris Kristen, karena
adanya sebuah kapal Spanyol yang sempat singgah di Shikoku dengan persenjataan
lengkap yang diduga akan menduduki Jepang, sehingga kapal tersebut
ditenggelamkan.
Pada masa pemerintahan Ieyasu, hubungan
diplomatis antara Belanda dengan Jepang pun dimulai (1608). Pada awalnya Ieyasu
bersikap ramah dan toleran terhadap agama Kristen. Namun, kebijakan
anti-Kristen dimulai setelah terjadinya konflik perdagangan dan perebutan
pengaruh dengan pihak asing. Konflik tersebut mencapai klimaks dengan
terbunuhnya 40 orang Jepang oleh serangan kapal Portugis.
Kekhawatiran terhadap serangan dari
pihak asing pun memuncak pada tahun 1635. Karena itu, Ieyasu mengeluarkan
kebijakan politik pintu tertutup (sakkoku) untuk membersihkan pengaruh asing
secara besar-besaran, termasuk pengikut Kristen. Namun, ada juga pengikut agama
Kristen yang tidak terjaring aksi pembersihan tersebut dan tetap menjalankan
aktivitas keagamaannya secara sembunyi-sembunyi. Mereka menjadi Kakure
Kirishitan selama hampir 250 tahun.[65]
G. SINKRETISME AJARAN
SHINTO DAN BUDDHA
Sinkretisme
|
Shinto
|
Buddha
|
tata cara doa di kuil
|
mencakupkan
tangan dengan keras sehingga menghasilkan suara sebanyak dua kali (mirip
tepuk tangan).
|
Buddha tangan
dicakupkan ke depan dada dengan pelan, hening dan tanpa suara
|
Pandangan kehidupan
|
Shinto sebagai
kehidupan dunia
|
Budha sebagai
kehidupan akhirat.
|
Bangunan kuil
|
Kuil Shinto sebelum
bertemu dengan Buddha adalah bersifat non-permanen (akan dibangun kembali
setiap 20 tahun) dan tidak ada ruangan khusus untuk penempatan patung.
|
Kuil Buddha permanen
dan terdapat ruangan khusus penempatan patung-patung dewa yang disembah.
|
Seni
|
Samurai dan Yabusame
|
Ikebana, zen garden,
ritual minum teh
|
Upacara
|
Shinto sangat
mensakralkan setiap ritual dalam bentuk upacara-upacara. Hal inilah yang
sangat mempengaruhi kebudayaan dan tradisi bangsa jepang.
|
Tidak banyak
mempengaruhi dalam hal upacara. Justru Buddha di jepang banyak dipengaruhi
oleh Shinto dalam hal upacara.
|
H. PERBANDINGAN
AJARAN SHINTO DENGAN AJARAN LAIN
Pembagian yang lebih
terperinci diajukan oleh Helmuth Von Glassenapp dalam bukunya Die Tuuf Groszen
Religionen. Dia mengklasifikasikan agama-agama itu didasarkan atas kuantitatif
pemeluknya dan kualitatif pokok-pokok
ajarannya. Berdasarkan sumber-sumber tentang ajarannya, maka dari pembagian
agama tersebut muncullah agama-agama besar, sebagai berikut :
1.
Hinduisme
2.
Buddhisme
3.
Konfusianisme
4.
Shinto
5.
Yahudi
6.
Gereja Katolik
7.
Gereja Protestan
8.
Islam
No.
|
Ajaran-Ajarannya
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
1
|
Tuhan
Yang Maha Esa dan Abadi
|
a
|
n
|
n
|
n
|
a
|
a
|
a
|
a
|
2
|
Pembantu
Tuhan (Malaikat&Dewa-Dewa)
|
a
|
a
|
a
|
a
|
a
|
a
|
n
|
a
|
3
|
Pemujaan
Terhadap Patung
|
a
|
a
|
a
|
a
|
n
|
a
|
n
|
n
|
4
|
Hari
Kiamat & Pencipta Alam Hanya sekali
|
a
|
a
|
a
|
a
|
n
|
a
|
a
|
a
|
5
|
Surga
dan Neraka
|
a
|
a
|
a
|
a
|
a
|
a
|
a
|
a
|
6
|
Reinkarnasi
|
a
|
a
|
a
|
a
|
n
|
n
|
n
|
a
|
7
|
Ajaran
Pokok Yang Telah ditentukan
|
a
|
n
|
n
|
a
|
a
|
a
|
n
|
a
|
8
|
Sistem
Kasta
|
a
|
n
|
a
|
n
|
n
|
n
|
n
|
n
|
9
|
Kependetaan
atau Kerahiban
|
a
|
n
|
a
|
a
|
a
|
a
|
n
|
n
|
10
|
Kependetaan
wanita
|
n
|
n
|
a
|
a
|
a
|
a
|
a
|
n
|
11
|
Poligami
|
a
|
n
|
n
|
a
|
a
|
n
|
n
|
a
|
12
|
Pantangan
Atau Makanan Terlarang
|
a
|
n
|
n
|
n
|
a
|
a
|
a
|
a
|
13
|
Larangan
minuman Keras
|
a
|
n
|
n
|
n
|
n
|
n
|
a
|
a
|
14
|
Pengakuan
Agama Mereka Yang Benar[66]
|
a
|
n
|
n
|
n
|
a
|
a
|
a
|
a
|
Keterangan
: a = ada ajaran
n = nihil
DAFTAR PUSTAKA
Djam’annuri.
Artikel Agama Shinto dalam buku Agama-Agama Di Dunia. Yogyakarta : IAIN
Sunan Kalijaga Press.1988.
Jonathan
Norton Leonard, Early Japan. Nederland : Time-Life International. 1984
Kitagawa,
Joseph M. Religion in Japanese history.
New York : Columbia University Press.1966.
Muchtar,
Adeng Ghazali. Ilmu perbandingan Agama.
Bandung :Pustaka Setia. 2000.
Sudiarja
Dr.A,Dkk., Suatu pencarian makna hidup dalam
Zen Buddhisem. Yogyakarta : Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI)cet-01. 1997
Thalhas,
T.H. Pengantar Study Ilmu Perbandingan
Agama. Jakarta : Galura Pase. 2006.
dikutip Maret 16,
2013, pada 15:45
dikutip Maret
18,2013, pada 18:54
dikutip
Maret16,2013,pada 15:47
dikutip Maret
16,2013, pada 15:49
dikutip
Maret 16,2013, pada 15:44
http://liahilyatulmasrifah-liachmon.blogspot.com/2011/04/hubungan-antara-ajaran-zen-buddhisme_23.html dikutip
Maret 15, 2013 pada 15:47
dikutip
Mei 5, 2013 pada 16:32
http://sukmikamardalenachaniago.blogspot.com/2012/07/pengaruh-filsafat-sintoisme-terhadap.html dikutip
Mei 5, 2013 pada 16:35
dikutip
Mei 5, 2013 pada 16:35
dikutip
Mei 5, 2013 pada 16:33
http://diamond-devil.blogspot.com/2013/02/hantu-dan-makhluk-mitos-jepang_6.html
dikutip 27 Mei 2013, pada 13:15
dikutip 27 Mei 2013, pada 13:15
http://www.thelema.net/hml/00Shinto/chap14. html
dikutip 27 Mei 2013, pada 13:15
dikutip
Mei 27,2013, pada 13:15
[1] Mukti
Ali, Agama-Agama di Dunia,hal.233-235
[2] Mukti
Ali, Agama-Agama di Dunia,hal.233-235
[3] http://noerhayati.wordpress.com/2008/09/24/agama-shinto-sejarah-dan-ajarannya/ . Dikutip
Maret 18,2013, pada 18:54
[5] http://noerhayati.wordpress.com/2008/09/24/agama-shinto-sejarah-dan-ajarannya/
Dikutip Maret 18,2013, pada 18:54
[6] Mukti
Ali, Agama-Agama di Dunia,hal.238
[10] Sekte
ini menganggap bahwa sebenarnya dewa maupun dewi antara Shinto dan Buddha
adalah sama.
[11]
Kitagawa, Religion in Japanese History, hal.68
[12]
Kelahiran,Perkawinan,Festifal & Perayaan kemenangan dalam perang
[13] Oleh
karena itu agama Buddha di jepang seringkali disebut dengan “agama orang yang
sudah mati”.
[14] Mukti
Ali, Agama-Agama di Dunia,hal.241-246
[15] http://noerhayati.wordpress.com/2008/09/24/agama-shinto-sejarah-dan-ajarannya/ . Dikutip
Maret 18,2013, pada 18:54
[16]
Seorang sarjana dan pembaharu Shinto di zaman modern
[17] Mukti
Ali, Agama-Agama di Dunia,hal.254-255
[18] Adeng
Muchtar G.,Ilmu perbandingan Agama, hal.
125-126
[19] http://noerhayati.wordpress.com/2008/09/24/agama-shinto-sejarah-dan-ajarannya/ . Dikutip
Maret 18,2013, pada 18:54
[21] Mukti
Ali, Agama-Agama di Dunia,hal.254-255
[22] http://noerhayati.wordpress.com/2008/09/24/agama-shinto-sejarah-dan-ajarannya/ . Dikutip
Maret 16,2013, pada 15:43
[23]
tempat tinggal spirit
[24] (manusia-rumput
hijau) Dalam bahasa Jepang kuno
[25]
(manusia- langit-yang berkembang)
[26] yaitu
dunia menjadi tempat tinggal para dewa langit.
[27] yang
dibayangkan sebagai dunia yang gelap,
kotor, jelek, dan menyengsarakan.
[28] yaitu
sebuah dunia yang dianggap penuh kenikmatan dan kedamaian, tempat tinggal arwah
orang-orang yang meninggal dunia dalam keadaan suci.
[29] Mukti
Ali, Agama-Agama di Dunia,hal.258
[32] http://diamond-devil.blogspot.com/2013/02/hantu-dan-makhluk-mitos-jepang_6.html
dikutip pada 27 Mei 2013, 13:15 wib.
[33] Yaitu
permohonan secara individu kepada jinja atau kuil untuk didoakan
[34] Yaitu
upacara sebelum pendirian bangunan atau konstruksi
[35] Yama adalah kendaraan beroda (float)
besar dari kayu dengan hiasan megah dan ditarik oleh banyak orang. Hiasan
kendaraan (kenshōhin) pada Yama berupa benda-benda keagamaan dan
benda-benda seni seperti karpet yang didatangkan dari Eropa dan Tiongkok
melalui Jalan Sutra.
Perdagangan dengan Dinasti Ming
mencapai puncaknya pada zaman Muromachi,
sehingga motif dari luar negeri banyak dipamerkan dalam Gion Matsuri.
Masing-masing Yama mempunyai tema yang biasanya merupakan cerita dongeng yang
berasal dari Tiongkok.
[36] Hoko adalah jenis Yama dengan menara
menjulang tinggi yang di ujung paling atasnya terdapat hoko (katana
dengan mata di dua sisi) walaupun ada juga Hoko yang tidak bermenara. Hoko juga
dijadikan panggung untuk kelompok orang berpakaian Yukata yang terdiri
dari pemain musik Gionbayashi dan peserta yang berkesempatan naik karena
memenangkan undian hasil membeli Chimaki atau Gofu (semacam jimat). Musik Gionbayashi yang menurut
telinga orang Jepang berbunyi "Kon-chi-ki-chin" baru menjadi tradisi
Gion Matsuri pada zaman Edo.
[37]
Penghanyutan kamihoko merupakan asal-usul ritual Hokonagashi yang
dilakukan sampai sekarang ini. Puncak perayaan berupa prosesi perahu berasal
dari ritual Hokonagashi yang menentukan lokasi perayaan di tengah sungai
[39] yang
bertujuan memohon rahmat dewa agar mendapat panen yang melimpah.
[40]
sebagai pernyataan terimakasih pada dewa atas hasil panen yang diperoleh.
[41] Mukti
Ali, Agama-Agama di Dunia,hal.259
[45]
tempat pemujaan alam
[46]
gunung tempat tinggal para Kami
[47]
seperti di tempat yang berkaitan dengan kelahiran sebuah klan, atau di tempat
yang berkaitan dengan tokoh yang disucikan, misalnya Tenmangū di Dazaifu
[48] Kuil
Nikkō Futarasan misalnya, berada di puncak gunung hingga perlu dibangun
kuil cabang di lokasi yang mudah didatangi. Bangunan kuil dapat dibangun di
mana saja, mulai dari di tengah laut, di puncak gunung, hingga di atap gedung
bertingkat atau di dalam rumah dalam bentuk kamidana.
[49]
Istilah miko dulunya dipakai untuk wanita yang memiliki kekuatan magis
untuk menerima takusen[49]
dalam keadaan raga dirasuki Kami(kamigakari)
[51]
penjelmaan dari Buddha dan Bodhisatwa
[52]
cahaya besar
[53] salah
satu dari dewa-dewa penjuru angin dalam Budhisme Mahayana
[54] sifat
nasional Jepang
[55] http://sukmikamardalenachaniago.blogspot.com/2012/07/pengaruh-filsafat-sintoisme-terhadap.html
dikutip Mei 5, 2013 pada 16:35
[56] http://karyasastrajepang.blogspot.com/2011/03/masuknya-pengaruh-buddha-di-jepang.html
dikutip Mei 5, 2013 pada 16:36
[57]http://liahilyatulmasrifah-liachmon.blogspot.com/2011/04/hubungan-antara-ajaran-zen-buddhisme_23.html dikutip Maret 15, 2013 pada 15:47
[58] Dr.A.Sudiarja,Dkk,Suatu
pencarian makna hidub dalam Zen Buddhisem,PENERBIT KANISIUS (Anggota
IKAPI)cet-01 1997yogyakarta hal 59-66
[59]
Jonathan Norton Leonard.1984.Early Japan.Nederland: Time-Life
International, hal. 84
[60] Ini
yang menjadi faktor utama sedikitnya komunitas Muslim di Jepang hingga
sekarang. Muslim Jepang pendahulu seperti Ahmad Ariga Bunpachiro (w.1946),
Hilal Yamada Torajiro (w. 1957), dan Nurullah Tanaka Ippei (w. 1934), tidak
meninggalkan anak keturunan Muslim, dan sejak itu mereka tidak memiliki
keluarga Muslim kecuali tiga generasi tadi, hingga Hajj Abdulkarim Saito
Sekihei ( w.1998).
[61] ada
yang menyebutnya Torajiro Yamada
[62] ada
yang menyebutnya Abdul Khalil
[64] http://fauziramdanii.co-id.asia/2012/11/sejarah-masuknya-islam-di-jepang.html dikutip Mei 5, 2013 pada 16:33
[66]
Thalhas, T.H.,Pengantar Studi
Perbandingan Agama, hal. 48-49
[67] sifat
nasional Jepang