Thursday, June 6, 2013

Pembanding





Tema Makalah          :    Agama Sikh
Tujuan                       :    Memahami Perkembangan dan Ajaran Agama Sikh
Hari/tanggal               :    Jum’at/3 Mei 2013
Waktu                        :    Pukul 10.00-11.45 WIB
Tempat                       :    Fakultas Ushuluddin ruang 507
Pemakalah                 :    Novi Handayani
Dosen Pembimbing    :    Dra. Siti Nadroh, M.Ag


Agama Sikh lahir dan mulai berkembang bersamaan waktunya dengan kelahiran agama Protestan di Eropa, yaitu di akhir abad ke-19 M. Guru Nanak sendiri hanya empat belas tahun lebih tua dari pada Martin Luther, pendiri Agama Protestan itu. motivasi kelahirannya juga senada dengan kelahiran Protestan. Kalau Protestan lahir sebagai reaksi terhadap eksistensi dan kekuasaan gereja Katolik Roma di daratan Eropa, maka Agama Sikh lahir sebagai reaksi terhadap Agama Brahma atau Hinduisme.
Agama Sikh semenjak kelahirannya sekitar lima abad yang lalu, sampai sekarang masih tetap menarik perhatian para peminat penelitian agama. Hal ini bukan saja karena keunikan tokoh pendirinya, perjalanan sejarah perkembangannya dan seluk-beluk hubungannya dengan berbagai agama lain, tetapi juga karena peristiwa-peristiwa sejarah, baik yang bersifat keagamaan maupun politik, yang langsung diperankannya.
Sikh berarti murid, dan Sikha berarti murid atau pengikut Sikh. Ada juga yang mengartikan Sikh sebagai “suatu masyarakat agama di India dan Pakistan” atau suatu sekte keagamaan yang berasal dari penyelewengan terhadap “Bramanis-Hinduisme.” Agama Sikh dikatakan juga sebagai agama “sinkretis” karena ia didirikan dengan maksud “memperdamaikan antara Islam dan Hinduisme.”
Memang, baik dari segi sosial dan politik, maupun dari sudut pandangan agama, agama Sikh sungguh-sungguh menentang pengaruh Brahmana dan sistem kasta yang diajarkannya. Mungkin pendapat yang mengatakan bahwa ia lebih dekat kepada Islam daripada Hinduisme ada benarnya.
Pengikut Guru Nanak, pendiri agama Sikh, yang beragama Hindu tidak dianggap sebagai penganut politeisme, karena mereka mengatakan bahwa mereka adalah penganut kepercayaan yang monoteis. Kenyataan ini dapat dianggap sebgaai pertanda bahwa agama Sikh lebih merupakan agama yang mencoba menyatukan ajaran monoteis Islam dengan politeis Hinduisme. Oleh sebab itu, dari satu segi, adalah menrik juga kalau banyak di antara penulis biografi Guru Nanak menganggap Sikh sebagai suatu agama damai atau agama kedamaian, sementara, dari segi lain, orang dapat menyangkal pandangan ini.
Sejarah mencatat bagaimana getolnya kaum Sikh melakukan berbagai peperangan dan betapa militannya mereka melakukan gerakan-gerakan kekerasan. Mereka menimbulkan benturan-benturan yang menodai sejarah dan menggoyahkan haluan hidupnya semenjak aspirasi politik mulai mempengaruhi mereka di bawah pembinaan guru yang ke lima, Guru Arjun.
Adalah aneh, hubungan rohaninya dengan Islam dan Hindu banyak jalinkelindannya, akan tetapi dengan Buddhisme dan Kristen jarang terdengar komentar. Hanya Guru Govind Singh yang terlihat berusaha menarik minat umat Buddha dan pengikut Kristen. Dia sendiri, melalui pernyataan dan perbuatannya, tampak agak terpengaruh oleh kedua agama tersebut. Hal ini mungkin dapat dianggap memperkokoh kedudukan Sikh sebagai agama sinkritis.
Memang, agama Sikh bukan Hinduisme dan bukan pula Islam. agama tersebut adalah “Agama Guru dan Murid.” Pada waktu Nanak pergi naik haji ke Mekah, pakaian umrah yang dikenakannya berwarna biru, menyalahi pakaian umrah yang biasa berlaku, yaitu putih. Nanak sendiri pada waktu umrah berlagak seperti seorang darwis atau fakir yang minta-minta. Ketika ia pergi ke Ceylon, raja Ceylon saat itu ingin mendapatkan kepastian tentang agama Nanak : apakah Muslim atau Hindu. Ketika hal tersebut ditanyakan kepadanya, ia menjawab: “The True Guru has solved the problem of two ways. It is he, who fixed attention on one God, and whose mind wave-reth not, who can understand it.” Nanak mengaggap dirinya sungguh-sungguh telah menjadi seorang guru yang mengajarkan suatu agama atau kepercayaan baru, yaitu “Tidak ada Hindu dan Tidah ada Muslim.[1]





[1] Mukti Ali, Agama-Agama di Dunia,hal.185

No comments:

Post a Comment