Thursday, June 6, 2013

Agama Baha'i




   A.  Pengertian
Bahá’í adalah agama yang independen dan bersifat universal, bukan sekte dari agama lain. Pesuruh Tuhan dari agama Bahá’í adalah Bahá’u’lláh, yang mengumumkan bahwa tujuan agama-Nya adalah untuk mewujudkan transformasi rohani dalam kehidupan manusia dan memperbarui lembaga-lembaga masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip keesaan Tuhan, kesatuan agama, dan persatuan seluruh umat manusia.
Umat Bahá’í berkeyakinan bahwa agama harus menjadi sumber perdamaian dan keselarasan, baik dalam keluarga, masyarakat, bangsa maupun dunia. Umat Bahá’í telah dikenal sebagai sahabat bagi para penganut semua agama, karena melaksanakan keyakinan ini secara aktif.

   B.  Sejarah
Sekte islam syiah terutama di persia selalu mengajarkan 12 orang keturunan ali yang sah.12 orang tersebutlah yang menunjukan pintu gerbang kepada pengikutnya untuk memperoleh jalan menuju kebenaran agama.imam yang ke 12 hilang pada abad ke 19 dan kaum syiah selalu percaya bahwa suatu saat nanti dia akan muncul kembali sebagai mahdi.[1]
                     1)      Bahaullah sebagai pendiri
Sayyid Ali muhamad yang lebih dikenal dengan gelarnya bab dilahirkan pada tanggal 20 oktober 1819 di shiraz iran,bab berasal dari keluarga terkemuka dan mulia merupakan keturunan nabi muhamad.ayahnya meninggal ketika bab masih kecil dan bab diasuh dan di besarkan oleh pamanya.ketika sekolah ia memiliki kemampuan yang luar biasa dan akhirnya ia keluar dari sekolah dan ketika dewasa ia bekerja bersama pamanya sebagai pedagang di Bushihr sebuah kota di brat daya kota shiraz,pada saat itulah bab menikah dan mempunyai anak yang bernama Ahmad dan meninggal ketika masih bayi pada tahun sebelum bab mengumumkan dirinya sebagai qaim yang di janjikan.
Sekitar tahun 1840 bab tinggal selama setahun di kota kota suci syiah di irak tempat dia menjalin kontak langsung  dengan Sayyid khazim Rasyti,pemimpin madzhab syaikiyah semi ortodoks yang menekan gagasan esoteris. Setelah wafatnya sayyid khazim pada awal tahun 1844 seorang muridnya yang terkemuka yang bernama Mulla husayn pergi ke sebuah masjid dan bermeditasi selama 40 hari.mulla husayn terus kesana kemari  mencari qaim yang telah dijanjikan itu dan akhirnya ia ketemu dengan bab dan setelah berbincang bincang lalu bab menunjukan bukti bukti yang jelas bahwa beliaulah qaim yang di janjikan, ia menulis dengan sangat cepat  bagian pertama dari tafsirnya al-qur’an surat yusuf kemudian ia menyampaikan kata-kata berikut kepada mulla husayn:[2]
wahai engkau yang pertama beriman kepadaku sesungguhnya aku katakan,akulah bab pintu tuhan dan engkaulah babul bab pintu dari segala pintu itu.
Pada tahun 1844 seorang muslim syiah bernama Mirza ali Muhamad menyatakan dirinya sebagai imam yang ke 12yang dijanjikan.ia menyebut dirinya dengan nama bab al-din(pintu agama)dan memberi dukungan yang luas pada perbaikan sosial seperti peningkatan status wanita.bab al-din mengumpulkan muridnya dan membentuk kelompok yang disebut babis.kelompok ini tidak bertahan lama karena berhasil di hancurkan melalui kekuatan agama dan politik bangsa persia.pada tahun 1850 bab al din dihukum mati di depan khalyak ramai,sedangkan muridnya ada yang di penjara atau di hukum mati.sebelum mati beliau menjanjikan bakal ada seseorang yang membawa agama universal.jasad bab diselamatkan oleh para pengikutnya dan diawetkan.akhirnya jasad bab dipindahkan ke haifa di palestina tempat ia di kuburkan.
Salah satu murid bab yang dipenjara Mirza Husein ali adalah seorang anak dari keluarga terkemuka di persia,keluarga mirza tidak di hukum mati bersama bab tetapi di penjara di teheran.pada tahun 1852 para pengikut bab yang lain merencanakan pembunuhan terhadap syakh iran yang menyebabkan terjadinya penganiyayan terhadap kelompok ini,mirza ali di asingkan ke bagdad selama 10 tahun.selama dalam perasingan mirza ali menampakan dirinya sebagai seorang yang diramalkan bab al din.
Ketika diasingkan dari bagdad ke konstantinovel pada malam keberangkatanya dia menyatakan kepada para pengikutnya sebagai orang yang di janjikan bab al din.pernyataan ini terjadi di Ridwan dekat baghdad dan sekarang ini setiap tahun diperingati oleh kaum baha’i dengan suatu pesta.mirza menyebut dirinya bahaullah(keagungan Allah) dan para pengikut bab al din yang menerima dan mengikuti ajaranya disebut sebagai kaum baha’i.
Pada tahun-tahun perkembanganya bahaullah dan pengikutnya di usir dari satu kota ke kota lainya di wilayah timur tengah.dari konstantinopel mereka pergi ke andrianople.akhirnya mereka diasingkan dan di penjarakan di turki di kota acca palestina.orang yang pertama kali dipenjarakan adalah Bahaullah kemudian di ikuti oleh sekitar 80 pengikutnya yang di penjarakan selama 2 tahun di barat militer.pada saat penjara mereka hidup menderita dan sengsara karena lapar dan sakit.selain itu mereka dipindahkan ke tempat lain yang sedikit lebih menyenangkan.bahaullah dibebaskan namun ia menjalani sisa hidupnya sebagai orang tahanan pemerintahan turki di acca.sekalipun ditahan selama beberapa tahun di acca dia menyebarkan ajaran-ajaranya tentang persatuan dan perdamaian dunia.
Pada saat itu ia telah menulis beberapa buku dan tulisan-tulisan lainaya.salah satu tulisan tersebut yang berisi tentang tujuan dan misinya dikirimkan pada paus dan beberapa kepala negara dunia serta meminta bantuan mereka dalam meningkatkan perdamaian dunia,dia menulis beberapa buku diantaranya kitabi aqdas,kitabi iqan,dan the hidden words.dia meninggal di acca pada tahun 1892 pada usia 75 tahun.
Kepemimpinan gerakan baha’i di lanjutkan oleh anaknya,Abbas Effendi yang dikenal dengan abdul baha.abdul baha melanjutkan program pengjaran ayahnya pada tahun 1908 dia di bebaskan oleh pemerintah turki.sisa hidupnya ia gunakan untuk melakukan perjalan jauh sampai ke negri eropa dan amerika utara guna menyebarkan doktrin-doktrin baha’i dan mendirikan beberapa perkumpulan baha,i di berbagai daerah.pada tahun 1920 kerajaan inggris menganugrahkan gelar kebangsawanan kepadanya.
Pada tahun 1021 kepemimpinan gerakan Baha’i di lanjutkan oleh cucu lelakinya,shogi Effendi yang melanjutkan usaha pendirian lokal dan nasional di banyak negara hingga wafatnya pada tahun 1957.setelah itu,pemimpin baha’i bukan lagi berdasarkan keturunan Bahaullah tetapi oleh seorang yang dipilih dari berbagai perkumpulan baha’i di seluruh dunia.
          C.   Ajaran Baha’i
1)        Ke-ESA-an Tuhan
Bahá’u’lláh mengajarkan bahwa hanya ada satu Tuhan Yang Maha Agung, yakni Tuhan Yang Maha Esa yang telah mengirim para Rasul dan Nabi untuk membimbing manusia. Oleh karena itu, semua agama yang bersumber dari satu Tuhan ini, haruslah menunjukkan rasa saling menghormati, mencintai, dan niat baik antara satu dengan yang lain.
“Tiada keraguan apa pun bahwa semua manusia di dunia, dari bangsa atau agama apapun, memperoleh ilham mereka dari satu Sumber surgawi, dan merupakan hamba dari Satu Tuhan.” — Bahá’u’lláh
Umat Bahá’í percaya bahwa Tuhan adalah Sang Pencipta alam semesta dan Dia bersifat tidak terbatas, tak terhingga dan Maha Kuasa. Tuhan tidak dapat dipahami, dan manusia tidak bisa sepenuhnya memahami realitas Keilahian-Nya. Oleh karena itu, Tuhan telah memilih untuk membuat Diri-Nya dikenal manusia melalui para Rasul dan Nabi, seperti Ibrahim, Musa, Krishna, Zoroaster, Budha, Isa, Muhammad, dan Bahá’u’lláh. Para Rasul dan Nabi yang suci itu bagaikan cermin yang memantulkan sifat-sifat dan kesempurnaan Tuhan. Mereka merupakan saluran suci untuk menyalurkan kehendak Tuhan bagi umat manusia melalui Wahyu Ilahi, yang terdapat dalam Kitab-kitab Suci berbagai agama di dunia. Wahyu Ilahi adalah “Sabda Tuhan” yang dapat membuka potensi rohani setiap individu serta membantu umat manusia berkembang terus-menerus menuju potensinya yang tertinggi.

2)        Keselarasan dan Toleransi antar Umat Beragama
Umat Bahá’í percaya bahwa tujuan agama adalah mewujudkan persatuan dan kebahagiaan bagi seluruh umat manusia. Saling menghormati dan mencintai serta kerja sama di antara pemeluk agama yang berbeda akan membantu terwujudnya masyarakat yang damai. Karena itu, umat Bahá’í aktif berperan di berbagai usaha serta proyek-proyek yang memajukan persatuan agama dan yang meningkatkan pengetahuan dan pemahaman terhadap agama-agama lain. Umat Bahá’í menghormati keanekaragaman dalam melakukan ibadah keagamaan.
penuh semangat untuk mengabdi kepada rakyat banyak, melupakan manfaat duniawi bagi dirinya sendiri, dan bekerja hanya demi kebaikan umum.”-----‘Abdu’l-Baha

3)        Kesatuan Dalam Keanekaragaman
Salah satu ciri khas masyarakat Bahá’í di seluruh dunia adalah keanekaragaman anggotanya. Agama Bahá’í merangkul orang-orang yang berasal dari ratusan ras, suku, dan bangsa, bermacam-macam profesi, serta berbagai golongan sosial ekonomi----semuanya bersatu demi mengabdi pada kemanusiaan. Dalam masyarakat Bahá’í keanekaragaman dihormati dan dihargai; dan pengalaman persatuan ini menunjukkan bahwa umat manusia, dengan segala keanekaragamannya, dapat hidup bersatu dengan penuh kedamaian dan cinta.
“Orang-orang yang dianugerahi dengan keikhlasan dan iman  seharusnya bergaul dengan semua kaum dan bangsa di dunia dengan perasaan gembira dan hati yang cemerlang, oleh karena bergaul dengan semua orang telah memajukan dan akan terus memajukan persatuan dan kerukunan, yang pada gilirannya akan membantu memelihara ketentraman di dunia serta memperbarui bangsa-bangsa.”-----Bahá’u’lláh

4)        Kesatuan Umat Manusia
Agama Bahá’í mengajarkan bahwa semua manusia adalah sama di hadapan Tuhan, dan mereka harus diperlakukan dengan baik, harus saling menghargai dan menghormati. Bahá’u’lláh mencela prasangka ras dan kesukuan, serta mengajarkan bahwa semua orang adalah anggota dari satu keluarga manusia, yang justru diperkaya dengan keanekaragamannya.

5)        Sifat Roh dan Kehidupan Sesudah Mati
Umat Bahá’í percaya tentang adanya roh yang kekal yang ada pada setiap manusia walaupun kita tidak sepenuhnya mampu memahami sifat roh itu. Bahá’u’lláh bersabda:
“Engkau telah menanyakan kepada-Ku mengenai hakikat roh. Ketahuilah bahwa sesungguhnya roh adalah sebuah tanda Tuhan, sebuah permata surgawi yang kenyataannya telah gagal dipahami oleh orang-orang yang paling terpelajar, dan tidak ada akal, betapa pun tajamnya, yang dapat berharap untuk membuka rahasianya.”
Dalam kehidupan yang fana ini, roh seseorang tumbuh dan berkembang sesuai dengan hubungan rohaninya dengan Tuhan. Hubungan ini dapat dipelihara dengan jalan mengenal Tuhan dan ajaran-ajaran-Nya yang diwahyukan oleh para Rasul dan Nabi-Nya, seperti cinta pada Tuhan, doa, meditasi, puasa, disiplin moral, kebajikan-kebajikan Ilahi, menjalankan hukum-hukum agama, dan pengabdian kepada umat manusia. Semua itu memungkinkan manusia untuk mengembangkan sifat-sifat rohaninya, yang merupakan pondasi bagi kebahagiaan manusia serta kemajuan sosial, dan juga untuk menyiapkan rohnya untuk kehidupan sesudah mati.
Agama Bahá’í mengajarkan bahwa realitas rohani setiap manusia, yaitu roh, adalah abadi. Pada saat kematian, roh manusia akan melanjutkan perjalanannya dalam alam rohani. Orang-orang yang telah menaati ajaran-ajaran para Rasul dan telah mengembangkan kapasitas rohani mereka, kelak sesudah mati, akan mendapatkan keuntungan atas perbuatan-perbuatan mereka.

6)        Budi Pekerti yang Luhur
Umat Bahá’í percaya bahwa manusia harus berupaya memperoleh sifat-sifat mulia serta bertingkahlaku sesuai dengan standar moral yang tinggi. Salah satu tujuan dasar kehidupan Bahá’í adalah mengembangkan dan memperoleh sifat-sifat mulia seperti kebaikan hati, kedermawanan, toleransi, belas kasihan, sifat dapat dipercaya, niat yang murni, dan semangat pengabdian. Umat Bahá’í dilarang bergunjing, berbohong, mencuri, dan berjudi. Kebajikan-kebajikan tersebut diajarkan kepada anak-anak sejak usia dini, sehingga menjadi bagian utama dari akhlak mereka dan mengarahkan mereka kepada Tuhan, sehingga dengan demikian mereka akan lebih mampu mengabdi pada umat manusia.
Maksud Tuhan Yang Maha Esa dalam menyatakan Dirinya adalah untuk memanggil seluruh umat manusia kepada kejujuran dan ketulusan, kepada kesalehan dan sifat dapat dipercaya, kepada ketawakalan serta ketaatan pada Kehendak Tuhan, kepada ketabahan dan kebaikan hati, kepada keadilan dan kearifan. Tujuan-Nya adalah untuk membalut setiap manusia dengan pakaian watak yang suci, serta menghiasinya dengan perhiasan perbuatan-perbuatan yang suci dan baik.” — Bahá’u’lláh.

7)        Kemandirian dalam mencari kebenaran
Dalam pencarian kebenaran mesti indevenden,tidak terkekang oleh sikap takhayul atau tradisi.setiap orang yang ingin jadi pengikut baha’i harus memiliki keinginan untuk mencari kebenaran Tuhan tanpak menyandarkan diri kepada para Nabi atau tradisi-tradisi masa lalu.kebebasan manusia melihat perwujudan tuhan melalui pandangan kesatuan dan memandang semua urusan dilihat dengan tajam.merupakan salah satu dasar pengajaran baha’i.

8)        Persamaan kaum wanita dan pria
            Baha’i barangkali hanya satu satunya agama di dunia yang sejak semula menegaskan tentang kesamaan wanita dan pria.
Kemanusiaan seperti seekor burung dengan dua sayapnya.sayap yang satu adalah jantan dan yang lainya adalah betina.jika kedua sayap tersebut tidak kuat dan tidak di dorong oleh kekuatan yang seimbang burung tersebut tidak bisa terbang.sesuai dengan semangat zaman ini,kaum wanita harus maju dan memperoleh tugasnya disemua bidang kehidupan sehingga menjadi sama.

9)        Bahasa universal
Menambah pandangannya tentang pendidikan universal. Baha’i mengajarkan bahasa yang universal, sebagaimana bahaallah yang pernah menyatakannya, “kami telah memerintahkan para wakil dewan peradilan, baik yang berasal dari kultur setempat maupun dari wilayah-wilayah baru, dan dalam kaitannya dengan sumber-sumber tulisan umum, mengajarkan tulisan-tulisan tersebut kepada anak-anak di semua sekolah di seluruh dunia, sehingga dunia menjadi satu tanah dan rumah”. Abdul baha adalah seorang penganjuruntuk menggunakan bahasa esperanto sebagai bahasa universal.[3]

10)    Perbedaan antara kekayaan dan kemiskinan harus di hilangkan.
Bahaullah datang dari kalangan keluarga kaya, tetapi menghabiskan masa hidupnya, lebih banyak di penjara sehingga dia benar-benar menyadari dan merasakan perbedaan tersebut.oleh karena itu, ia meyakini bahwa perbedaan tersebut tidak sehatdan tidak normal danharus dihilangkan. Sekalipun demikian, ia tidak memberikan rencana terperinci tentang sebagaimana seharusnya mengubah kondisi demikian. Hanya saja, dia menganjurkan kepada golongan kayadi seluruh dunia untuk bermurah hati dan menyumbangkan sebagian hartanya kepada orang miskin. Dia pun menganjurkan kepada semua pemerintahan di seluruh dunia untuk membuat peraturan atau undang-undang yang menghalangi trjadinya jurang pemisah yang tajam antara yang miskin dan kaya.

11)    Pendidikan Diwajibkan bagi Setiap Manusia
Bahá’u’lláh memberi kewajiban kepada orang tua untuk mendidik anak-anak mereka, baik perempuan maupun laki-laki. Jika orang tua tidak mampu memenuhi kewajiban ini karena keadaan ekonominya, masyarakat harus membantu mereka.
Di samping pelajaran keterampilan, keahlian, seni, dan ilmu pengetahuan, perlu diperhatikan juga pendidikan akhlak dan moral anak-anak. Tanpa pendidikan, seseorang tidak mungkin mencapai seluruh potensinya atau memberikan kontribusi positif kepada masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan haruslah universal dan wajib.


12)    Memajukan Perkembangan Kaum Wanita
Harus tersedia kesempatan yang sama bagi perkembangan wanita dan pria, terutama kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan. Wanita dan pria adalah bagaikan dua belah sayap dari burung kemanusiaan. Perkembangan seluruh kemampuan dan potensi masyarakat hanya dapat di wujudkan bila kedua sayapnya itu sama kuat.
Bahaulahterusmendesakkaum pria untuk menyadari dan memberikan rumus penuh dengan kesempurnaan laten dalam diri.[4]

13)    Sembahyang Wajib, Puasa, dan Doa
Umat Bahá’í seperti juga umat agama-agama lainnya, diwajibkan untuk bersembahyang yang dilaksanakan secara individu, serta untuk berpuasa selama periode tertentu. Selain sembahyang wajib, terdapat pula banyak doa dan Tulisan Suci lainnya yang dianjurkan untuk dibaca dan dipelajari. Kewajiban-kewajiban kerohanian itu membantu orang-orang Bahá’í untuk memenuhi tujuan hidup mereka, yaitu mengenal dan menyembah Tuhan dan berkembang secara rohani.

14)    Pembentukan liga bangsa-bangsa
Dunia peradilan yangmemutuskan pertentangan dan perselisihan antara bangsa-bangsa harus dilembagakan. Empat puluh tahun sebelum terbentuknya bangsa bangsa Bahaullah telah mengusulkan dibentuknya organisasi ini dari sel penjaranya di Acca namun ketika liga bangsa bangsa di bentuk setelah perang dunia ke 1 Abdul baha menganggapnya terlalu lemah untuk efektif. Akhirnya semua puncak dari ajarah Baha’i adalah membangun perdamaian yang permanen dan universal dan menjadi cita-cita utama seluruh umat manusia.
Berbeda dengan islam dan agama-agama barat lainya baha’i meyakini bahwa neraka dan surga bukanlah tempat.akan tetapi kondisi dari jiwa yang tiada lain adalah realitas manusia.sifatnya abadi dan terus sesuai dengan keinginan tuhanmaka itulah surga.sebaliknya jika jiwa manusia adalah tuhan maka itulah neraka.dengan demikian penggambaran surga pada agama lain hanya simbol bukan yang sebenarnya.
Ketika Baha’i berbicara tentang persatuan umat yang dimaksud bukan hanya kesatuan dalam hidup ini saja melainkan kehidupan dan mati sekaligus.dengan demikian hidup dan mati itu saling berkaitan erat.Abdul Baha meyakini bahwa pandangan ini dihubungkan dengan kekuatan istimewa para nabi dan orang orang suci yang melihat ke dunia lain melambangkan adanya saling keterkaitan.
Berdasarkan kepercayan Baha’i tentang kesatuan mutlak Tuhan maka dalam segala hal tidak boleh ada kejahatan,jika Tuhan itu ada dan sama tidak ada tokoh setan di alam semesta.sebagaimana kegelapan hanyalah tidak ada cahaya.dengan demikian munculnya kejahatan hanyalah keadan yang baik menurut abdul baha.
Dalam Dunia tidak ada kejahatan semua adalah baik,sifat dan bakat manusia tertentu yang nampaknya jelek pada kenyatan tidak demikian.


     D.  Rumah Ibadah Baha’i                                                            
Rumah ibadah Bahá’í dibangun dengan dana yang berasal dari sumbangan orang-orang Bahá’í dari seluruh dunia. Rumah Ibadah ini dipersembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan dikenal dengan nama *Mashriqu’l-Adhkár, yang secara harfiah berarti “tempat terbit pujian kepada Tuhan.” Rumah ibadah Bahá’í terbuka bagi penganut dari semua agama.
Rumah ibadah tersebut merupakan tempat untuk berdoa dan bermeditasi bagi individu dan masyarakat. Saat ini, rumah ibadah Bahá’í sudah ada di setiap benua di dunia: di New Delhi, India; di Apia, Samoa Barat; di Kampala, Uganda; di Sidney, Australia; di Panama City, Panama; di Wilmette, Illinois, Amerika Serikat; dan di Frankfurt, Jerman. Di seluruh dunia, sudah disiapkan lebih dari 120 lokasi tempat akan didirikannya rumah-rumah ibadah tersebut. Pada masa yang akan datang setiap masyarakat Bahá’í setempat akan mempunyai rumah ibadahnya sendiri.
Rumah ibadah Bahá’í bebas untuk memiliki rancangannya sendiri, namun semua harus mengikuti pola arsitektur yang bertemakan ketunggalan , yakni harus mempunyai sembilan sisi dan sebuah kubah di tengahnya. Para pengunjung dapat memasuki rumah ibadah dari sisi mana saja, namun mereka di satukan di bawah satu kubah. Acara ibadah terdiri dari pembacaan Tulisan Suci Bahá’í dan Tulisan Suci agama-agama lain, dan diperbolehkan pula adanya iringan musik tanpa instrumen (akapela). Tidak ada khotbah, *ritus atau pendeta. Tiap tahun jutaan orang dari semua agama di dunia mengunjungi rumah-rumah ibadah Bahá’í untuk berdoa dan bermeditasi.
Bahá’u’lláh bersabda bahwa rumah ibadah Bahá’í nanti akan berfungsi sebagai titik pusat kehidupan rohani masyarakat. Di sekelilingnya akan terdapat lembaga-lembaga yang antara lain bergerak dalam bidang ilmu pengetahuan, pendidikan, sosial-kemanusiaan lainnya seperti rumah sakit dan rumah jompo, dan administrasi masyarakat Bahá’í. Sehingga dengan demikian rumah ibadah Bahá’í akan mewujudkan konsep perpaduan “ibadah dan pengabdian” sesuai dengan ajaran Bahá’u’lláh.

     E.  Tulisan Suci Baha’i
Salah satu keunikan Wahyu Agama Bahá’í ialah masih tersimpannya dengan baik semua Tulisan-tulisan Suci dalam bentuk asli yang disahkan oleh Bahá’u’lláh sendiri, sehingga tidak ada keraguan atas keasliannya. Dalam Ayat-ayat Suci-Nya yang diwahyukan antara tahun 1853-1892, Bahá’u’lláh mengulas berbagai hal, seperti keesaan Tuhan dan fungsi Wahyu Ilahi; tujuan hidup; ciri dan sifat roh manusia; kehidupan sesudah mati; hukum-hukum dan prinsip-prinsip Agama; ajaran-ajaran akhlak; perkembangan kondisi dunia serta masa depan umat manusia. Selain dituntun oleh Tulisan Suci Bahá’u’lláh, kehidupan masyarakat Bahá’í juga dibimbing melalui buku-buku dan surat-surat yang ditulis oleh ‘Abdu’l-Bahá dan Shoghi Effendi. Buku-buku Bahá’í kini dapat dibaca dalam lebih dari 800 bahasa.


[1]Aceng muchtar gozali,ilmu perbandingan Agama hal.99
[2] Leo christie,konsep roh dalam agama baha’i hal.10-15(skripsi)
[3]Paula Hartz,word religion baha’i faith hal 10-20
[4]J.E esslemont,Bahaullah and the New Era,hal 99

No comments:

Post a Comment